Sabtu, 27 November 2010

botani tumbuhan rendah



BAB  I
PRINSIP-PRINSIP  KLASIFIKASI

            Objek studi taksonomi tumbuhan adalah semua jenis tumbuhan baik yang ada sekarang maupun tumbuhan yang sudah punah. Tumbuhan di dunia ini sangat beragam, baik dalam struktur, bentuk, ukuran, fungsi, maupun yang lainnya. Klasifikasi tumbuhan diperlukan untuk penggolongan - penggolongan tumbuhan berdasarkan pada sifat dan ciri yang ada pada keanekaragaman tumbuhan itu sendiri. Klasifikasi adalah proses pengaturan tumbuhan dalam tingkat - tingkat kesatuan kelasnya yang sesuai secara ideal berdasarkan atas persamaan dan perbedaannya. Klasifikasi bertujuan untuk mendapatkan kesamaan sifat dan ciri pada keanekaragaman tumbuhan tersebut. Klasifikasi dicapai untuk menyatukan golongan yang sama dan memisahkan golongan yang berbeda . semakin kecil tingkatan takson, kesamaan yang diperoleh semakin banyak. Masing-masing takson menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki penataan takson tumbuhan, sebagai berikut :
1.    Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan   (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
2.    Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud.
3.    Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
4.    Setiap individu tumbuhan termasuk dalam sejumlah taksa yang jenjang tingkatnya berurutan.
5.    Tingkat jenis (species) merupakan dasar dari seluruh takson yang ada.
6.    Nama-nama takson di atas tingkat suku (familia) diambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga dengan akhiran yang berbeda menurut tingkatnya.
7.    Nama suku (familia) merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda berbentuk    jamak. Nama tersebut diambil dari nama salah satu marga yang termasuk dalam suku tadi ditambah dengan akhiran –aceaae
8.    Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad atau suatu kata yang diperlakukan demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber mana pun, dan dapat disusun dalam cara sembarang.
9.    Nama ilmiah untuk jenis harus bersifat ganda, artinya terdiri atas dua suku kata yang berbentuk mufrad yang diperlakukan sebagai bahasa Latin
10.  Nama takson tingkat suku ke bawah diikuti nama orang yang memberikan nama ilmiah dalam bentuk singkatan

1.1.      KRITERIA KLASIFIKASI TUMBUHAN

Dalam pengklasifikasian tumbuhan perlu diperhartikan beberapa kriteria sebagai berikut :
a.         Jumlah sel penyusun tubuh tumbuhan; ada tumbuhan bersel satu (uniseluler) dan ada yang bersel banyak (multiseluler).
b.         Organ perkembangbiakannya.
c.         Habitus tumbuhan waktu hidupnya; tegak, menjalar, atau merambat.
d.        Struktur jaringan pengangkut (Xilem dan Floem).
e.         Tipe silinder pusat (stele), ada tiga tipe stele yaitu: Protostele, sifonostele, dan diktiostele.
f.          Bentuk dan ukuran daun ; dikenal dua macam bentuk dan ukuran daun yakni, makrofil dan mikrofil.
g.         cara berkembang biak; seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). pada cara generatif akan diperoleh hasil fertilisasi yang bersifat heterogamet atau isogamet.
h.         Biji, bunga dan buah; ada tidaknya biji dan bunga dapat dipakai untuk menetukan tingkat keprimitifan suatu tumbuhan.

1.2.    PERKEMBANGAN SISTEM KLASIFIKASI


1.2.1.      Periode tertua
Periode ini berlangsung dari awal sejak ada kegiatan taksonomi sampai abad ke-4 SM. Pada periode ini belum dikenal adanya sistem klasifikasi yang diakui secara formal. Orang-orang pada saat itu mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan atas manfaatnya, sehingga periode ini dinamakan dengan periode sistem manfaat.
1.2.2.      Periode sistem habitus ( abad ke-4 SM sampai abad ke-17 SM)
Pada periode ini, pengklasifikasian didasarkan atas perawakan ( habitus), yang golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna. Theophrastes sebagai bapak Ilmu Tumbuhan juga mengelompokkan tumbuhan menurut umur yaitu: tumbuhan berumah pendek (anual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur panjang (perenial). Selain Theophrastes, adapula beberapa tokoh yang berperan besar dalam perkembangan taksonomi, antara lain :           
a.    Dioscroides, menyatakan pentingnya pemberian deskripsi pada setiap tumbuhan disamping pemberian namanya.
b.    Linius, membedakan pohon ± pohonan, bangsa gandum, sayuran, tanaman obat, rerumputan, dsb.
c.    A . Magnus, berhasil membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil atas dasar sifat-sifat batangnya.
d.   J. Ray, telah membedakan tumbuhan berkayu, tumbuhan berbatang basah, dan membedakan antara tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji yang berbelah.

1.2.3.   Periode sistem Numerik (permulaan abad ke-18)
           Pada periode ini, sistem klasifikasi tumbuhan ditandai dengan sifat sistem yang murni artificial. Klasifikasi ini sengaja dirancang untuk membatu dalam identifikasi tumbuhan. Klasifikasi didasarkan pada jumlah dari suatu organ atau bagian tumbuhan. Carolus Linnaeus adalah tokoh yang paling terkenal pada periode ini. Linnaeus mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan kesamaan jumlah alat-alat kelamin.
1.2.4.   Periode sistem klasifikasi yang didasarkan atas kesamaan bentuk atau sistem alam (A bad ke-18 sampai abad ke-19)
Sistem klasifikasi tumbuhan pada periode ini dinamakan sistem alam. Tokoh yang terkenal pada nasa ini adalah J.B de Lamarck. Lamarck berhasil membuat kunci untuk pengidentifikasian tumbuh-tumbuhan dan merupakan perintis lahirnya teori evolusi. De Jussieu membagi tumbuhan berdasarkan ada tidaknya kotiledon menjadi Acotyledoneae, Monocolyledoneae, dan Dicotyledoneae.
1.2.5. Periode sistem filogenetik
Periode ini berlangsung dari pertengahan abad ke-29 sampai sekarang. Tumbuhan digolongkan berdasarkan sejarah perkembangan filogenetiknya sehingga mampu menunjukkan hubungan kekerabatan suatu golongan maupun.individu.  Tokoh yang tekenal pada saat periode ini antara lain :
a.    August Wilhelm Eichler, mengklasifikasikan tumbuhan menjadi dua kelompok yaitu Cryptogamae danP hanerogamae
b.    Adolph Engler, membagi alam tumbuhan ke dalam sejumlah afdeling. Engler juga berpendapat bahwa Monocotyledonae lebih primitif daripata Dycotyledonae, dan bangsa anggrek jauh lebih maju daripada rumput.

1.2.6. Periode Sistem Kontemporer Lainnya
1.     A lfred Barton Rendle (1865-1934)
Sistem Rendle didasarkan pada sistem Engler danP rantl, ini merupakan salah satu sistem filogenetik modern yang cukup baik dan berarti. Randle memperlskuksn Dycotyledoneae lebih primitive dibandingkan dengan Monocotyledoneae.

2.     Karl Christian Mez ( 1866-1944)
           Karya professor botani dari Jerman pada tahun 1926 menganalisa reaaksi protein untuk melihat hubungan kekeraabatan tumbuhan secara genetik.
           Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan)/Divisio, Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).

1.3.    TUJUAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
Untuk mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkanberarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah :
1.        Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
2.        Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup dilingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab (higrofit).
3.        Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
4.        Berdasarkan jenis makanannya.
            Sistem Klasifikasi dalam Sejarah Perkembangan Taksonomi Tumbuhan Sistem klasifikasi yang ada dalam dunia taksonomi tumbuhan, antara lain:  Sistem buatan (sistem artifisial)  Tujuan klasifikasi ini untuk mempermudah pengenalan, dasarnya hanya satu atau dua ciri - ciri morfologi yang mudah dilihat. Sistem alami Klasifikasi ini mencerminkan keadaan yang sebenarnya seperti terdapat di alam.
1.4.       SISTEM FILOGENETIK
Klasifikasi ini menekankan keeeratan hubungan kekerabatan nenek moyang takson - takson satu sama lain.A da sifat ± sifat yang dianggap lebih primitif dan ada sifat - sifat yang dianggap lebih.




1.5.          MANFAAT KLASIFIKASI
Selain memiliki tujuan, klasifikasi juga bermanfaat untuk kepentingan  manusia. Adapun manfaat klasifikasi antara lain sebagai berikut.
a.         Menyederhanakan objek studi.
Apabila kita akan mempelajari sesuatu tidak perlu semua makhluk hidup  yang ada di muka bumi diteliti satu persatu, tetapi cukup dengan sampel atau perwakilan dari objek tersebut yang dianggap sudah mewakili semua. Misalnya untuk mempelajari serangga atau lebah dengan karekteristik yang mewakili serangga tersebut.
b.         Diketahui hubungan kekerabatan.
Dengan melihat hubungan pengelompokan\klasifikasi tersebut dapat diketahui hubungan kekerabatannya. Misalnya, ayam lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan bebek daripada dengan ular.









BAB II
TATA NAMA  TUMBUHAN
                                   
Tata nama dalam biologi telah mengalami perubahan berkali-kali semenjak manusia mencatat berbagai jenis organisme. Plinius dari masa Kekaisaran Romawi telah menulis sejumlah nama tumbuhan dan hewan dalam ensiklopedia yang dibuatnya dalam bahasa Latin. Sistem penamaan organisme selanjutnya selalu menggunakan bahasa Latin dalam tradisi pencatatan Eropa. Hingga sekarang sukar dijumpai sistem penulisan nama organisme yang dipakai dalam tradisi Arab atau Tiongkok. Kemungkinan dalam tradisi ini penulisan nama menggunakan nama setempat (nama lokal). Keadaan berubah setelah cara penamaan yang lebih sistematik diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus dalam kitab yang ditulisnya, Systema Naturae ("Sistematika Alamiah").

2.1.            TATA NAMA BINOMIAL

            Tata nama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan.
              Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tata Nama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tata Nama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tata Nama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tata Nama Tanaman Budidaya, ICNCP).

2.2.            ATURAN PENULISAN

a.         Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet" dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies mengikutinya.
b.         Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
c.         Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut :
1.      Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh: Glycine soja, Pavo muticus. Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat.
2.      Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
d.        Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh: Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung (parentesis).
e.         Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung. Contoh pada suatu judul: "PENGUJIAN DAYA TAHAN KEDELAI (Glycine max Merr.) TERHADAP BEBERAPA TINGKAT SALINITAS". (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul karena ada spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai.).
f.          Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: Tumbuhan dengan bunga terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil. Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.
g.         Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
h.         Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi) atau "subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp." atau "subspp.
i.           Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti. Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak (Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
j.           Penamaan fungi mengikuti penamaan tumbuhan.
k.         Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial"
Dewasa ini kita telah memiliki kode Internasional Tata Nama Tumbuhan (international Code of Botanical  Nomenclature) dan kode international Tata Nama Hewan (International Code of Zoological Nomenclature).
1).   Cara Menulis Nama Jenis
            Ketentuan - ketentuan yang harus dipenuhi dalam menulis nama jenis dengan  sistem tata nama binomial adalah sebagai berikut :
a.         huruf pertama dari kata yang menyebutkan marga (genus) ditulis dengan huruf besar, edangkan untuk kata penunjuk spesies ditulis dengan huruf kecil semua . Contoh: Zea mays; Zea = genus mays = spesies
b.         Bila nama jenis ditulis dengan tangan atau ketik, harus diberi garis bawah pada kedua kata nama tersebut. Namun bila dicetak harus memakai huruf miring (tanpa garis bawah). contoh: Zea mays bila dicetak ; Zea mays bila diketik.
c.         Bila nama penunjuk jenis pada tumbuhan lebih dari dua kata , kedua kata tersebut harus dirangkaikan dengan tanda penghubung. Contoh: Hibiscus rosa sinensis menjadi Hibiscus rosa-sinensis.
Jenis hewan yang terdiri dari tiga suku kata seperti :
a.         Felis maniculata domestica (kucing jinak) tidak dirangkai dengan tanda penghubung sedang untuk varietas perhatikan contoh, Hibiscus sabdarifa varalba (rosela varietas putih).
b.         bila nama jenis itu diberikan untuk mengenang jasa orang yang menemukannya maka nama penemu dapat dicantumkan dengan menambah huruf (i) di belakangnya. contohnya antara lain tanaman pinus yang ditemukan oleh merkus , maka tanaman itu pinus merkusii.
2). Nama Marga / Genus
            Nama marga / genus tumbuhan maupun hewan terdiri atas satu kata tunggal yang dapat diambil dari kata apa saja, dapat dari nama hewan, tumbuhan, zat kandungan, dan sebagainya.
Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar. Contoh marga tumbuhan: Solanum (terung - terungan), marga hewan: Canis (anjing), Felis (Kucing).
3).  Nama Suku / Famili
            Nama Famili diambil dari nama genus organisme yang bersangkutan ditambah akhiran acceaebila itu tumbuhan dan idea bila mahluk itu hewan. Contoh nama famili pada tumbuhan: famili Solanaceae dari solanum  + aceae (terung - terungan). contoh nama famili hewan :
Familia Canidae dari Canis + idae
Famili Felidae dari Felis + idae .
4).  Nama Kelas
      Adalah nama genus + nae, contoh : Equisetum + nae, menjadi kelas Equisetinae.
5).  Nama Ordo
Adalah nama genus + ales , contoh : Zingiber + ales, menjadi ordo Zingiberales.




2.3.  TAKSONOMI TUMBUHAN
Identifikasi
1.    Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam   sistem klasifikasi.
2.    Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
3.    Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam KITT.
4.    Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT.
5.    Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
6.    Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu.
7.    Monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu. baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia.
8.    Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.
9.    Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya, berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan diidentifikasi dapat diketahui.
10.  Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan.
            Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah :
1) Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi  pohon, perdu, dan semak.
2)      Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab (higrofit).
3)      Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
4)      Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).











BAB III
KLASIFIKASI TUMBUHAN RENDAH

Di dunia terdapat tidak kurang dari 500 juta macam organisme. Organisme tersebut memilik ciri-ciri yang beraneka ragam. Beberapa ahli biologi mencoba menciptakan suatu system untuk mempermudah mengenal dan mempelajari organisme melalui suatu cara pengklasifikasian.
            Copeland adalah seorang tokoh yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protoctista, Metaphyta dan Metazoa.
1.        Monera, adalah organisme yang belum memiliki membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik. Yang terdiri atas : Bacteria (Schizomycetes) dan alga hijau-biru (Cyanophyta).
2.        Protista, yang bersifat Eukariotik.
3.        Metaphyta, adalah tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio.
4.        Metazoa, adalah kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya.


3.1.      DIVISI TUMBUHAN RENDAH
            Dalam dunia botani tumbuhan rendah dikenal berbagai divisi yang termasuk kedalam tumbuhan rendah antara lain : Schyzophyta (tumbuhan belah), Alga (protista mirip tumbuhan), Fungi/jamur, Thallophyta (tumbuhan tahlus),  Bryophyta (tumbuhan lumut),  Pteridophyta (tumbuhan paku), Lichen (lumut kerak). Masing-masing tumbuhan tersebut diuraikan dalam divisi dibawah ini.

3.1.1.      Divisi Schizophyta (Tumbuhan belah)
            Divisi schizophita, berkembang biak dengan cara membelah, tubuh hanya terdiri atas satu sel saja, protoplas belum terdiferensiasi dengan jelas, sehinga ini belum tampak nyata, demikian pula plastidanya.
a).  Schizophita dibagi atas 2 kelas, yaitu :
1.  Kelas Bacteria  atau Schizomycetes (Bakteri)





                            Gambar 3.1 : Amoeba
2.           Kelas cyanophyceae (alga biru)



                                     Gambar 3.2 : Alga biru
3.1.2.      Alga
            Alga merupakan kelompok organisme yang bervariasi baik bentuk, ukuran, maupun komposisi senyawa kimianya. Alga ini ada berbentuk uniseluler (contoh : chlorococcus sp), koloni (volvox sp), benang (filamen) (contoh : spyrogyra sp), serta bercabang atau pipih (contoh : ulva spsargasum sp dan Euchema sp).
a).  Ciri-ciri alga, yaitu :
1.     Tidak memiliki akar, batang dan daun sejati.
2.    Tubuh seperti talus
3.    Hidup di perairan
4.    Reproduksi secara aseksual dan seksual
b).  Alga dikelompokkan menjadi 4 divisi, yaitu :


1.     Chlorophyta (alga hijau)




      Gambar 3.3 : Chlorophyta (alga hijau)
2.    Chrysophyta (alga keemasan)




                              Gambar 3.4 : Chrysophyta (alga keemasan)
3.    Phaeophyta (alga coklat)


                                                Gambar 3.5: Phaeophyta (alga coklat)
4.    Rhodophyta (alga merah).




             Gambar 3.6 : Rhodophyta (alga merah)
3.1.3.      Divisi Thallophyta (tumbuhan talus)
            Divisi ini meliputi tumbuh-tumbuhan yang memiliki  sebagai ciri utama tubuh yang berbentuk tallus yakni yamg tidak dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun. Perkembangbiakan terjadi dengan cara vegetativ atau aseksual maupun secara generativ atau seksual.
            Berdasarkan ciri utama yang menyangkut cara hidupnya divisi thallophyta dibedakan atas 3 anak divisi yaitu :ggang merupakan tumbuhan tallus hidup di air tawar maupun air laut, selalu menempati habitat yang lembab atau basah, ada yang bergerak aktif seperti plankton dan ada yang tidak bergerak aktif.



3.1.4.      Divisi Bryophita (tumbuhan lumut)
            Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Perkembangan lumut secara singkat yaitu spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium(protonema) kemudian ada yan menjadi besar, adapula yang tetap kecil.
Lumut dibagi dalam beberapa kelas, yaitu :
1.    Kelas Hepaticae (lumut hati)
2.    Kelas Musci (Lumut daun)
3.1.5.  Fungi atau Jamur
            Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau Kingdom fungi.




                  

 Gambar 3.7 : Jamur (fungi)
            Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar.
a.         Ciri – Ciri Umum Jamur ( Fungi )
1.         Fungi atau jamur termasuk organisme eukariotik yang tidak berkhlorofil,  bersifat heterotrofik .
2.         Berdasarkan sumber makanannya Fungi ada yang bersifat parasitik dan ada yang bersifat saprofitik.
3.         Fungi yang hidup parasitik mendapat makanannya dari bahan organik yang masih menjadi bagian dari inang yang hidup.
4.         Fungi yang bersifat saprofitik mendapatkan makanannya dari bahan organik yang sudah mati .
5.         Beberapa fungi mampu bersimbiosis mutualisme dengan organisme lain yaitu hidup bersama dengan organisme lain agar saling mendapatkan keuntungan, misalnya akar dari kebanyakan tanaman mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan untuk membentuk mikoriza. Mikoriza mampu meningkatkan kapasitas penyerapan nutrient dari akar tanaman.

3.1.6.      Divisi Pterodophyta (Tumbuhan paku)



                      Gambar 3.8 : Tumbuhan paku
            Merupakan suatu divisi yang telah jelas mempunyai kormus, pada tumbuhan paku menghasilkan biji, tumbuhan paku amat heterogen baik ditingaju dari segi habitus maupun cara hidupnya.
Pterodophyta dibedakan dalam beberapa kelas, yaitu :
1.      Kelas Psilotopsida    
2.      Kelas Equisetopsida
3.      Kelas Marattiopsida
4.      Kelas Polypodiopsida.
3.1.7        Lichenes (Lumut kerak)




Gambar 3.9 : Lichenes
            Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu menjadi tempat yang digunakan  untuk tumbuh-tumbuhan lain.
a.      Peran lumut kerak bagi manusia adalah :
1.    Sebagai tumbuhan perintis.
2.    Membantu siklus nitrogen.
3.    Sebagai indikator lingkungan.
4.    Peranan lain dari lumut kerak.
b.  Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1.    Vegetatif
Dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa angin atau air dan tumbuh di tempat lain.
2.    Generatif.
Reproduksi generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan jenis jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan jenis alga yang sesuai.



                       
BAB IV
FUNGI (JAMUR)

Fungi dulu dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. Fungi bukan autotrof seperti tumbuhan melainkan heterotrof sehingga lebih dekat ke hewan. Usaha menyatukan fungi dengan hewan pada golongan yang sama juga gagal karena fungi mencerna makanannya di luar tubuh (eksternal), tidak seperti hewan yang mencerna secara internal. Selain itu, sel-sel fungi berdinding sel yang tersusun dari kitin, tidak seperti sel hewan.
Fungi adalah heterotrof yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorption). Dalam cara memperoleh nutrisi ini, molekul-molekul mencerna makanan diluar tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh kedalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh fungi.
Cara mendapatkan nutrient yang absorptif ini menjadikan fungi terspesialisasi sebagai pengurai (saprobe), parasit, atau simbion-simbion mutualistrik. Fungi saprobik meyerap zat-zat makanan dari bahan organik yang sudah mati, seperti pohon yang sudah tumbang, bangkai hewan, atau buangan organisme hidup. Di dalam proses saprobik ini, fungi menguraikan bahan organik tersebut. Fungi parasitik menyerap zat-zat makanan dari sel-sel inang yang masih hidup. Beberapa jenis fungi parasitik, misalnya seperti spesies tertentu yang menginfeksi paru-paru manusia, bersifat patogenik. Fungi mutualistik juga menyerap zat makanan dari organisme inang, akan tetapi fungi tersebut membelanya dengan fungi yang menguntungkan bagi pasangannya dalam hal tertentu, misalnya membantu suatu tumbuhan didalam proses pengambilan mineral dari tanah.
Fungi menempati lingkungan yang sangat beraneka ragam dan berasosiasi secara simbiotik dengan banyak organisme. Meskipun paling sering ditemukan di habitat darat, beberapa fungi hidup di lingkungan akuatik, dimana fungi tersebut berasosiasi dengan organisme laut dan air tawar serta dengan bangkainya. Lichen, perpaduan simbiotik antara fungi dan alga, banyak terdapat di mana-mana dan ditemukan di beberapa habitat yang sangat tidak bersahabat dibumi ini: gurun yang dingin dan kering di antartika, tundra alpin dan artik. Fungi simbiotik lainnya hidup didalam jaringan tumbuhan yang sehat, dan spesies lain membentuk mutualisme-mutualisme pengkonsumsi-selulosa denga serangga, semut dan rayap.


4.1  CIRI-CIRI UMUM
            Jamur dimasukkan dalam kelompok organisme eukaroita karena sel-selnya sudah memiliki membran sel inti. Dinding sel jamur terbuat dari bahan kitin, yaitu polimer karbohidrat yang juga terdapat pada eksoskeleton serangga, laba-laba dan artropoda lainnya. Itu berfungsi memberi bentuk dan menyokong sel-sel jamur. Hal tersebut sangat berbeda dengan sel tumbuhan yang terbuat dari bahan selulosa. Sebagian besar jamur merupakan organisme bersel banyak (multi seluler), contohnya jamur merah, (volvariella volcaceae), tetapi ada juga yang merupakan organisme bersel tunggal (uniseluler) contohnya yeast atau ragi (saccharomyces). Tubuh jamur yang bersel banyak tersusun atas benang-benang yang disebut hifa. Hifa pada jamur, yaitu hifa bersekat (bersepta) dan hifa tidak bersekat. Pada hifa yang bersekat, di tiap sekat terdapat satu inti sel, sedangkan pada hifa yang tidak bersekat, inti sel tersebar didalam sitoplasma (senositik). Sekumpulan hifa akan membentuk anyaman yang disebut miselium.
            Bentuk jamur mirip dengan tumbuhan, tetapi jamur tidak memiliki daun dan akar sejati. Selain itu, jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis seperti tumbuhan. Dengan demikian, jamur merupakan organisme heterotrof dan memperoleh zat-zat makanan (nutrisi) dengan cara menyerap serat-serat sederhana dari lingkungan substratnya. Namun sebelum itu, makanan yang masih berupa senyawa kompleks akan diuraikan terlebih dahulu diluar sel jamur dengan cara menghasilkan enzim-enzim hidrolitik ekstraseluler. Jamur ada yang hidup sebagai parasit, ada yang hidup sebagai saprofit, dan ada pula yang hidup simbiosis mutualisme dengan organisme lain. Sebagai parasit, jamur mengambil bahan makanan langsung dari inangnya. Jamur parasit mamiliki Haustorium (jamak haustoria), yaitu hifa yang khusus untuk menyerap makanan dari inangnya. Sebagai saprofit, jamur mengambil bahan makanan dari sisa-sisa mahluk hidup yang telah mati. Pada jamur yang bersimbiosis dengan organisme lain, jamur menyerap makanan dari inangnya, sedangkan inangnya memperoleh mineral dari tanah melalui bantuan jamur. Umumnya, jamur dapat berkembang biak atau berproduksi secara seksual dan aseksual. Meskipun begitu perkembangbiakan secara seksual lebih berperan karena lebih sering dilakukan. Karena itulah, dalam siklus hidup jamur fase haploid sangat dominan. Sedangkan fase diploidnya sangat singkat.
4.2  MORFOLOGI
            Struktur dasar jamur adalah hifa. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium (Lihat Gambar 4.1). Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Ketebalan hifa bervariasi antara 0,5 mm – 100 mm. Hifa terdiri atas sel-sel sejenis. Sel-sel tersebut satu dan lainnya dipisahkan oleh dinding sel atau sekat yang dinamakan Septum
 (jamak: septa) dan dinamakan hifa bersepta


.
    Gambar 4.1 Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah
4.3  STRUKTUR SEL
            Dinding sel jamur berbeda dengan dinding sel tumbuhan. Dinding sel jamur bukan terdiri atas selulosa, melainkan tersusun oleh zat Kitin. Sel-sel hifa bersepta ada yang berinti satu (uni nukleat), berinti dua (binukleat atau dikariotik), atau berinti banyak atau senositik (coenocytic). Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo Sacharomyces cerevisae, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. (Lihat gambar 4.2)






Gambar 4.2 Jamur multiselular dan Uniseluler
            Pertumbuhan terjadi dari ujung apikal, vesikula apical mengandung bahan dan enzim untuk pembentukan dinding hyphal baru. Hifa tua berkurang aktivitas biokoimianya dan banyak mengandung vakuola. (Lihat gambar 4.3)









                        Gambar 4.3 Bentuk sel jamur
            Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Hifa adalah benang-benang penyusun tubuh jamur. Ada tiga jenis hifa, yaitu stolon (hifa yang menjalar dipermukaan substrat), rizoid (hifa yang menembus kedalam substrat dan berfungsi sebagi akar), dan sporangiosfor (hifa yang menjulang ke atas dan membentuk sporangium). Lihat gambar 4.4.
Gambar 4.4 Bentuk-bentuk hifa
            Sporangium adalah struktur atau organ pembentuk spora, disebut juga kotak spora. Didalam sporangium dihasilkan sporangiospora atau sering disebut spora saja. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, ada pula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat. (Lihat gambar 4.5)

Gambar 4.5 a. Hifa bersekat; b. Hifa tak bersekat; c. Haustoria
4.4  CARA MAKAN DAN HABITAT JAMUR
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
1.      Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
2.      Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
3.      Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit
mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
            Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada Lycan. Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
4.5  REPRODUKSI
            Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif) (Lihat gambar 4.6). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Gambar 4.6 Siklus hidup umum fungi
            Spora haploid dihasilkan secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
Secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air. Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut :
a.       Konidiospora , merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium , sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium .
b.      Sporangiospora , merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus. Ada dua macam sporangiospora yang tidak bergerak (nonmotil) disebut aplanospora dan sporangiospora yang dapat bergerak karena mempunyai flagela yang disebut zoospora .
c.       Oidium / artrospora , yaitu spora bersel tunggal yang terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
d.      Klamidospora , merupakan spora bersel satu, berdinding tebal, dan sangat resisten terhadap keadaan yang buruk. Spora ini terbentuk dari sel-sel hifa yang somatik.
e.       Blatospora merupakan tunas/kuncup pada sel-sel khamir.




   Gambar 4.7 Macam-macam spora aseksual pada jamur
            Perkembangbiakan jamur secara seksual dilakukan dengan peleburan inti sel/nucleus dari dua sel induknya. Reproduksi secara seksual ini lebih jarang dilakukan dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan secara aseksual. Perkembangbiakan ini terjadi apabila berada dalam keadaan tertentu.
Seperti halnya spora aseksual jamur, jenis spora seksual jamur pun bermacam-macam, yaitu sebagai berikut :
4.6  KLASIFIKASI
             Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif.
Jamur dibagi menjadi 6 divisi yaitu :
1.      Myxomycotina (Jamur lendir)
Myxomycotyna meliputi organisme yang tidak mengandung klorofil, yang filogenetik tergolong ke dalam organisme yang sangat sederhana. Dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa massa protoplasma telanjang yang bergerak sebagai amoeba yang disebut Plasmodium dengan cara-cara hidup sebagai saprofit atau seperti hewan. Plasmodium terjadi karena satu perkawinan (peristiwa seksual), dan kemudian akan membentuk suatu sporangium yang berdinding. Sporangium menghasilkan spora yang tidak memperlihatkan perbedaan jenis kelaminnya.




Gambar 4.8 Daur hidup jamur lendir
            Spora myxomycotina berkecambah dalam air atau diatas suatu substrat basah menjadi satu atau beberapa sel kembar yang di namakan miksoflagelata.  Miksoflagelata ini pada bagian muka mempunyai satu inti atau satu bulu cambuk, biasanya dua dan dan heterokon. Pada bagian belakang terdapat vakuola berdenyut, tetapi kromatofora tidak ada. Hidupnya sebagai saprofit, dapat mengambil zat makanan yang bersifat cair maupun padat. Setelah beberapa waktu, bulu cambuknya lenyap dan miksoflagelata ini berubah menjadi miksoameba. Miksoflagellata dan miksoameba dapat membiak vegetative dengan pembelahan. Pembiakan generatifpun terjadi. Dua miksoameba atau dua miksoflagellata dapat mengadakan perkawinan menjadi amebozigot, dan dalam amebozigot ini kedua intinya akhirnyapun akan bersatu. Badan yang diploid ini tidak lalu membentuk dinding, melainkan tetap telanjang dan bersifat ameboid, dan dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar dan mempunyai banyak inti. Inti dapat bertambah banyak  karena adanya mitosis yang berulang-ulang.
            Plasmodium ini tidak pernah membentuk sekat-sekat, jadi hanya merupakan kumpulan protoplas yang menjadi satu. Organisme ini dapat dipelihara di atas agar-agar dan makannya dapat berupa bakteri, miselium jamur, potongan agar-agar, bahkan dapat juga mengambil miksoameba haploid sebagai makannya. Makanan ini dicernakan dalam vakuolanya. Dapat pula organisme ini mengeluarkan enzim yang melarutkan substratnya dan mengambil makannya dalam bentuk larutan. Dari yang bersifat saprofit dapat dibuat biakan murni. Yang hidup sebagai parasit hanya hidup dengan tambahan makan yang berupa makhluk hidup. Zat makanan bukan tepung, tetapi glikogen myxomycotina suka hidup di tanah-tanah hutan, diatas daun yang telah runtuh, dalam kayu yang lapuk, dan dengan perubahan tubuhnya yang merayap kemana-mana. Bagian depan terdiri atas plasma yang lebih pekat, kebelakang membentuk benang-benang. Organisme Ini bergerak ketempat makan dibawa pengaruh gaya-gaya kemotaksis, hidrotaksis dan fototaksis negatif. Plasmodium ini dapat mencapai ukuran garis tengah 0-30 cm, misalnya pada fuligo varians = Aethalium septicum.
            Pada plasmodium terbentuk sporangium yang disebut tubuh buah. Untuk keperluan ini plasmodium lalu mempunyai sifat yang berlawanan dengan biasanya. Mereka lalu meninggalkan tempat yang basah merayap menuju cahaya, dan dengan menurunkan kadar airnya kemudian berubah menjadi beberapa tubuh buah, yang masing-masing diselubungi oleh selaput kaku karena mengandung kapur, dan dinamakan peridium. Didalamnya terdapat banyak spora kecil yang mempunyai membrane. Membran (dinding) spora itu, tidak seperti jamur umumnya, terdiri atas kitin, tetapi tediri atas substansi menyerupai putih telur yang dinamakan keratin, dan disamping itu juga terdapat selulosa. Spora terjadi karena pembelahan reduksi, dan oleh karena itu bersifat haploid. Miksoflagellata dan miksoameba yang tidak mengadakan kopulasi juga bersifat haploid. Badan buah dan plasmodium bersifat diploid.
            Pada beberapa marga didalam badan buahnya dibentuk kapilitium yang terdiri dari bulu-bulu kecil yang bebas atau tersusun seperti jala atau terdiri atas serabut-serabut yang muncul dari plasma yang terdapat diantara spora. Jika sporangium telah masak, teridium lalu pecah dan spora akan terhembus keluar dari dalam jala kapilitium tadi. Pada beberapa jenis myxomicotina kapilitium memperlihatkan gerakan-gerakan hidroskopik.
            Bentuk dan susunan, sifat, dan warna sporangium merupakan dasar untuk membedakan myxomicotina dalam takson lebih kecil. pada fuligo varians beberpa sporangium merupakan satu badan buah yang berwarna pirang dan dapat mempunyai diameter sampai beberapa sentimeter.
            Pada Dictyostelium mucoroides miksoameba yang terkumpul tidak menjadi zigot, tetapi hanya merupakan suatu pseudoplasmodium dengan tubuh buah, yang tiap sporanya berasal dari suatu miksoameba.
            Myxomycotyna, yang secara filogenetik amat rendah tingkatnya itu, jika di tinjau dari sudut sel kembar dan miksoameba menunjukkan hubungan kekerabatan dengan Flagellatae yang tidak berwarna, atau sangat boleh jadi lebih dekat dengan Rhizopoda dari dunia hewan. pertimbangan-pertimbangan itu yang di jadikan alas an untuk menyatakan bahwa Myxomycotyna adalah suatu mahkluk peliharaan ynag terletak antara hewan dan tumbuhan.
            Seperti Volvocales dan Euglenales (Flagellatae) yang oleh bahli-ahli zoology dianggap pula sebagai hewan, demikian pula halnya dengan Mycomycotyna. Dalam dunia hewan kelompok mahkluk hidup ini dikenal pula dengan nama Mycetozoa.
            Selain posisi yang tidak pasti itu, klasifikasi Mycomycotyna sendiri belum mantap. Contoh-contoh yang disebut diatas masing-masing mewakili kelompok Plasmodiumnya merupakan suatu agregat saja dari sejumlah sel-sel telanjang (Dtyostelium mucoroidas).
            Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana. Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
·         Fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amoeba, disebut plasmodium.
·         Fase tubuh buah Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang disebut myxoflagelata.

Contoh spesies : Dictyostelium discoideum (Lihat gambar 4.9)
Kingdom   : Amoebozoa
Phylum      : Mycetozoa
Class          : Dictyostelia
Order         : Dictyosteliida
Family       : Dictyosteliidae
Genus        : Dictyostelium
Species      : D. discoideum           Gambar 4.9  Dictyostelium discoideum

2.      Oomycotina
            Hifa pada jamur ini bersifat senositik, yaitu tidak bersekat-sekat sehingga inti sel banyak tersebar di dalam protoplasma. Dinding selnya tersusun atas selulosa, hal inilah yang membedakan dengan golongan jamur lainnya. Pertumbuhan hifa jamur terjadi pada bagian ujungnya yang menghasilkan beberapa percabangan. Pada akhir ujung percabangan itu terbentuk gelembung sporangium yang dipisahkan oleh sekat. Hal ini merupakan awal perkembangbiakan jamur secara tidak kawin (aseksual).

            Dalam sporangium terdapat protoplasma yang banyak mengandung inti sel. Protoplasma akan terbagi-bagi dan setiap bagian memperoleh satu inti sel yang berkembang menjadi spora dengan dua flagel sebagai alat geraknya. Spora yang mempunyai flagel disebut zoospora yang merupakan ciri khas Oomycotina. Selanjutnya, zoospora akan keluar dari sporangium kemudian melepaskan flagelnya sambil membentuk dinding selulosa. Jika zoospora ini sampai di tempat yang sesuai, maka akan menjadi tumbuh hifa baru.
Ciri-ciri jamur yang termasuk golongan Oomycotina adalah sebagai berikut.
a.          Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti.
b.         Reproduksi:
1)      Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat dengan sporangium dan konidia.
2)      Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru. Contoh spesies: Saprolegnia sp. yang hidup saprofit pada bangkai ikan,  serangga darat maupun serangga air dan Phytophora infestans yaitu penyebab penyakit busuk pada kentang.
3)      Contoh spesies: Saproglenia lihat gambar 4.10.
Kingdom         : Protista
Filum               : Heterkonta
Kelas               : Oomycotea
Ordo                : Saprolegniales
Famili              : Saprolegniaceae
Genus              : Saprolegnia
Spesies            : S. parasitica             Gambar 4.10 Saproglenia
            Jenis jamur lainnya yang termasuk Oomycotina adalah Phytophtora sp, dan Phytium sp.

Saprolegnia sp
            Jamur ini umumnya hidup saprofit. Miseliumnya berkembang di dalam substrat, sedangkan yang terlihat di luar substrat berfungsi untuk perkembangbiakan. Jika Anda amati jamur ini dengan mikroskop, di bagian ujung miseliumnya akan tampak sporangium yang menghasilkan zoospora.
            Saprolegnia sp yang hidup saprofit mudah dikembang-biakkan dengan meletakkan serangga mati atau biji kacang tanah pada cawan berisi air kolam. Hifa yang baru tumbuh akan menembus tubuh serangga atau biji kacang tanah untuk mendapatkan makanan. Sebagian hifa lainnya akan tumbuh keluar membentuk sporangium penghasil zoospora, sedangkan oogonium dan anteridiumnya berperan pada perkembangbiakan seksual.
            Contoh jamur dari Oomycotina lainnya adalah Achlya sp yang hidup saprofit seperti Saprolegnia sp.; Plasmopora sp hidup parasit pada tanaman anggur; serta Sclerospora maydis penyebab penyakit bulai pada jagung seperti pada gambar dibawah ini.




Gambar 4.11 Sclerospora maydis
Phytophtora sp
Contoh jamur dari golongan Oomycotina ini antara lain: Phytophtora infestans yang hidup parasit pada tanaman kentang.
             Pada jamur ini, ujung-ujung hifa tidak membentuk zoosporangium melainkan membentuk konidium. Konidium adalah spora yang dibentuk secara aseksual dan terjadi akibat diferensiasi dari ujung hifa. Ujung hifa menyembul di permukaan daun kentang melalui stoma (mulut daun) yang terkena infeksi. Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 4.12 Ujung hifa Phytophtora infestans menembus stoma daun kentang.
            Phytophtora sp tidak hanya menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, melainkan dapat pula menyebabkan penyakit pada buah cokelat, tanaman lada, kina, kelapa, cengkeh, tembakau, dan jarak.
Pythium sp
            Phytium sp hidup saprofit di tanah lembab, tetapi zoospora yang dihasilkannya melalui perkembangbiakan aseksual sedangkan oospora melalui perkembangbiakan seksual. Jamur ini dapat menginfeksi tanaman seperti pada persemaian tem-bakau yang dikenal dengan penyakit patah rebah semai. Jamur ini juga dapat menyebabkan penyakit busuk pada kecambah tembakau, kina, bayam, jahe, nenas, dan kemiri.
3.      Zygomycotina
            Ciri jamur dari kelompok ini adalah hifanya tidak memiliki sekat (septa) sehingga disebut hifa senositik. Kelompok jamur ini diberi nama Zygomycotina karena selama masa reproduksi seksual membentuk spora seksual khusus, yang disebut zigospora. Contoh jamur yang termasuk divisi Zygomycota adalah Rhizopus oligosporus, yaitu jamur yang digunakkan membuat tempe. Jika Anda mengamati jamur R.Oligorpus dengan menggunakkan mikroskop, anda dapat melihat struktur tubuhnya dengan jelas. Lihat gambar 4.13.
            Hifa adalah benang-benang penyusun tubuh jamur. Sebagai anggota Zygomycota, Rhizopus oligosporus dapat berkembangbiak secara aseksual atau secara seksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan cara membentuk spora didalam sporangium yang terletak diujung-diujung hifa. Sporangium ditunjang oleh sporangiofor.
Kerajaan          :  Fungi
Divisi               :  Zygomycota
Kelas               :  Zygomycetes
Ordo                :  Mucorales
Famili              :  Mucoraceae
Genus              :  Rhizopus
Spesies            R. oligosporus          Gambar 4.13  Rhizopus oligosporus
              Sporangium stonifer yang telah tua dan matang biasanya berwarna hitam. Jika telah matang, sporangium akan akan pecah dan menghasilkan banyak spora. Selanjutnya,spora-spora akan keluar dan menyebar dengan bantuan angin. Jika spora itu jatuh pada tempat yang cocok,ia akan tumbuh membentuk hifa baru. Jamur Zygomycotina disebut juga “Jamur kojungsi” dinamakan demikian karena perkembangbiakan secara seksual  jamur ini dilakukan dengan cara kojungsi. (Lihat gambar 4.14)



                 



Gambar 4.14 Siklus hidup Rhizopus
              Proses kojungasi terjadi diujung-ujung hifa yang berlainan jenis yaitu hifa (+) atau “hifa jantan” atau hifa (-)atau hifa betina” Hifa-hifa tersebut bersifat haploid (n). Kedua hifa tersebut akan mengalami pembengkakan pemanjangan pada ujungnya. Hifa yang membengkak disebut gametangium (jamak; gametangia), yaitu stuktur atau organ pembentuk gamet. Selanjutnya, kedua gametangium bersatu dan membentuk zigospora yang yang bersifat diploid (2n). Zigospora adalah spora berdinding tebal dan sedang fase istirahat. Karena berdinding tebal, Zigospora tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk. Zigospora dapat dorman selama beberapa bulan dan akan berkcambah serta tumbuh menjadi hifa-hifa baru jika kondisi lingkungan membaik. Pada saat pertumbuhan hifa, terjadi peristiwa meiosis sehingga hifa bersifat haploid. Selanjutnya ,hifa-hifa tersebut membentuk sporangifor. Diujung sporangiofor terdapat sporangium yang berisi spora. Setelah dihasilkan spora ,akan terjadi proses reproduksi Aseksual. Dari penjelasan diatas, diketahui bahwa pada siklus hidup R. stolonifer, fase haploid lebih panjang daripada fase diploid.
Anggota Zygomycotina umumnya hidup sebagai saprofit, baik ditanah ataupun disisa-sisa oganisme, misalnya di kayu lapuk. Beberapa jenis Zygomycotina merupakan perasit pada tumbuhan dan serangga. Selain R. oligosporus, contoh lain dari Zygomycota adalah R.oryzae dan mucor. Jamur R.oryzae digunakan dalam fermentasi sake, yaitu minuman khas jepang, sedangkan mucor adalah jamur yang sering tumbuh pada roti. Beberapa jenis mucor merupakan jamur pathogen.
Adapun untuk ciri-ciri umumnya sebagai berikut:
a.       Tubuh multiseluler.
b.      Habitat umumnya di darat sebagai saprofit.
c.       Hifa tidak bersekat.
d.      Reproduksi:
1.      Vegetatif : dengan spora.
2.      Generatif : dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan menghasilkan  zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru. Contoh spesies: Mucor mucedo biasa hidup di kotoran ternak dan roti dan Rhizopus oligosporus atau jamur tempe.(Gambar 4.15)
Gambar 4.15 Rhizopus oligosporus atau jamur tempe.
4.      Ascomycotina
            Ascomycota merupakan divisi terbesar dalam kingdom fungi. Jumlah anggota mencapai dari 60.000 spesies. Ciri utama dari divisi ascomycota adalah membentuk spora seksual yang disebut akospora. Akospora terbentuk kedalam kaksus, yaitu suatu tubuh buah khusus yang bentuknya menyerupai mangkuk atau botol. Tidak seperti Zygomycota, Ascomycota memiliki hifa bersekat. Anggota Ascomycota cukup beragam, ada yang bersel satu,  misalnya yeast atau ragi (S. cerevisae); ada pula yang bersel banyak, contohnya Penicillium dan ada pula yang membentuk tubuh buah, seperti Netrica dan peziza. Pada umumnya anggota Ascomycotina adalah jamur bersel banyak. Seperti halnya Zygomycota, Ascomycota bersel banyak, reproduksi aseksual dilakukan dengan cara membentuk konidiospora atau sering disebut konidia (tunggal: konidium) saja (Lihat gambar 4.16). Konidia terbentuk pada ujung hifa khusus yang tumbuh tegak, yang disebut konidofor. Warna dari konidia bermacam-macam, ada yang hitam, merah, biru, dan hijau, bergantung pada jenis jamurnya. Konidia yang telah masak, apabila jatuh pada tempat yang cocok akan tumbuh menjadi hifa baru. Sementara itu, reproduksi aseksual pada Ascomycota bersel satu dilakukan dengan cara membentuk tunas (budding). Tunas yang telah masak akan terlepas dari sel induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi seksual pada Ascomycota terjadi dengan cara membentuk askospora. Akospora dalah spora seksual yang terbentuk di dalam aksus. Aksus terdapat didalam badan buah yang disebut askokarp.



Gambar 4.16 Konidiospora
            Pada Ascomycota ada dua jenis hifa, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Hifa (+) membentuk alat kelamin jantan (anteredium) dan hifa(-) membentuk alat kelamin betina (askogonium). Kedua jenis alat kelamin tersebut bertemu dan terjadi plasmogami (penyatuan sitoplasma) tanpa disertai penyatuan inti. .Jadi,dalam peristiwa tersebut akan terbentuk sel dengan dua inti Askogonium yang telah meiliki dua inti tersebut akan menghasilkan hifa-hifa askogonium yang dikariotika (berinti dua). Hifa dikariotika itu bercabang-cabang membentuk tubuh buah yang disebut askokarp. Semetara itu, ujung hifa dikariotika akan membentuk sel khusus yang akan menjadi askus. Didalam aksus akan terjadi perleburan dua inti (diploid/2n). Selanjutnya, inti askus membelah dua kali. Pembelahan pertama terjadi secara meiosis dan menghasilkan empat sel. Pembelahan kedua terjadi secara mitosis sehingga akhirnya terbentuk delapan akspora didalam aksus tersebut. Tubuh buah (askokarp) yang terbentuk memiliki bentuk bermacam-macam dan merupakan dasar klasifikasi dari ascomycota.bentuk-bentuk badan buah tersebut,antara lain kleistotesium,peritesium,apotesium,dan aksus telanjang.
a.       Kleistotesium : berbentuk bulat tertutup,merupakan ciri dari kelas Plectomycetes.
b.      Peritesium : berbentuk botol ,merupakan ciri dari kelas Pyrenomycetes.
c.       Apotesium : berbentuk cawan,merupakan ciri dari kelas Discomycetes.
d.      Akus telanjang : tidak membentuk badan buah,merupakan cirri dari kelas Protoascomycetes.










   Gambar 4.17 Siklus hidup Ascomycot
Salah satu contohnya adalah Sacharomyces cerevisae sehari-hari dikenal sebagai ragi. Berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol. Mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan  proses fermentasi.



Kingdom         :  Fungi
Phylum            :  Ascomycota
Class                :  Saccharomycetes
Order               :  Saccharomycetales
Family             :  Saccharomycetaceae
Genus              :  Saccharomyces
Species            :  S. cerevisiae                                                                                                                                        Gambar 4.18 Sacharomyces cerevisae
Berikut ciri-ciri umum dari Ascomycota :
a.       Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Ascomycotina multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.
b.      Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
c.       Reproduksi:
1.      Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
2.      Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
d.      Contoh spesies lainnya:
1.      Neurospora sitophila: jamur oncom.
2.      Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum penghasil antibiotika penisilin.
3.      Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti berguna untuk mengharumkan keju.
4.      Aspergillus oryzae: untuk membuat sake dan kecap.
5.      Aspergillus wentii: untuk membuat kecap
6.       Aspergillus flavus:  menghasilkan racun aflatoksin Þ hidup pada biji-bijian. flatoksin salah satu penyebab kanker hati.
7.      Claviceps purpurea:  hidup sebagai parasit pada bakal buah Gramineae.
5.      Basidiomycotina
            Ciri utama dari jamur yang termasuk dalam divisi Basidiomycota adalah membentuk spora seksual yang disebut basidiospora. Basidiospora terbentuk pada bagian yang disebut basidium. Divisi ini memiliki angota lebuh dari 25.000 species. Basidiomyta merupakan kelompok jamur yang perkembanganya paling tinggi diantara kelompok jamur lainnya. Ciri lainnya adalah mampu membentuk tubuh buah yang makrokopis sehingga sangat mudah dilihat. Jamur-jamur anggota Basidiomycota dapat dijumpai pada tanah, pohon yang lapuk atau jerami di musim hujan. Bentuk dan warnanya juga bermacam-macam.
            Beberapa jenis sudah dibudayakan sebagai bahan makanan dan obat-obatan. Contohnya Volvariella volvacea atau jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan.
Kingdom         :  Fungi
Division           :  Basidiomycota
Class                :  Agaricomycetes
Order               :  Agaricales
Family             :  Pluteaceae
Genus              :  Volvariella
Species            : V. volvacea
                                                                    Gambar 4.19 V. volvacea  (Jamur merang)
            Reproduksi jamur Basidiomycota umumnya berlangsung secara seksual dengan cara kojungsi untuk membentuk basidiospora. Reproduksi secara aseksual sangat jarang terjadi. Jika ada, umumnya dengan cara membentuk konidia. Proses pembentukan basisidiospora adalah sebagai berikut. Basidiospora merupakan spora yang haploid. Spora ini tumbuh membentuk hifa-hifa yang bersekat. Tiap sekat berinti satu. Hifa ini ada yang bersifat satu “jantan”(+) dan “betina” (-). Jika ujung dua hifa yang bebeda bertemu,akan terjadi percampuran percampuran plasma sel (plasmogami). Inti sel dari hifa (+) akan diberikan ke sel hifa (-) sehingga terbentuk sel hifa dengan dua inti (hifa dikariotik). Sel hifa dengan dua inti ini akan berkembang membentuk miselium yang dikariotik juga. Miselium yang berinti dua ini secara khas tubuh menjadi buah (basidiokarp) yang bentuknya seperti payung, atau bentuk lainnya. Basidiokarp menghasilkan basidium yang terdapat pada lapisan yang disebut himenium. Didalam mimenium terjadi kariogami, yaitu persatuan dua inti menjadi satu. Inti ini,kemudian mengalami pembelahan meiosis unutk membentuk empat spora haploid yang disebut basidiospora. Jadi, basidiospora ini bersifat haploid dan terdapat di ujung basidium. Didalam setiap basidium terdapat empat basidiospora.

           

Gambar 4.20 Siklus hidup Basidiomycota
Adapun ciri-ciri umum dari jamur ini antara lain:
a.       Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai
badan penghasil spora.
b.       Kebanyakan anggota spesies berukuran makroskopik. Contoh spesies:
1.      Auricularia polytricha : jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan.
2.      Exobasidium vexans : parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh atau blister blight.
3.      Amanita muscaria dan Amanita phalloides:  jamur beracun, habitat di daerah subtropics.
4.      Ustilago maydis : jamur api, parasit pada jagung.
5.      Puccinia graminis : jamur karat, parasit pada gandum.
6.      Deuteromycotina
            Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif. Contoh  Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadi Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina.
            Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan oleh jamur dari golongan ini, misalnya:  Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp. Dan Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap.



Gambar 4.20 Kurap disebabkan Trichophyton sp.
            Ada sekitar 25.000 spesies jamur yang dimasukkan dalam divisi Deuteromycota. Jamur Deuteromycota sering disebut juga fungi imperfecti Karena belum diketahui reproduksi seksualnya sehingga reproduksi jamur ini dilakukan secara aseksual dengan membentuk konidia seperti pada jamur Ascomycota.
            Jika anggota jamur Deuteromycota sudah ditemukan secara reproduksi seksualnya, ia dimasukkan kedalam divisi yang berbeda. Sebagai contoh adalah jamur oncom (monilia sitophila). Dahulu, jamur tersebut termasuk dalam divisi Deuteromycota.Namun setelah diketahui bahwa jamur ini dapat membentuk askospora, sekarang  jamur tersebut termasuk divisi Ascomycota, dengan nama Neurospora crassa. Contoh lainnya adalah Aspergillus dan penicillium. Beberapa anggota aspergillus dan penicillium ada yang termasuk divisi Deuteromycota, sementara anggota lainnya termasuk divisi Ascomycota. Ciri lain dari Deuteromycota adalah hifanya bersekat. Sebagian besar anggota Deuteromycota bersifat merugikan karena merupakan perasit yang dapat menimbulkan penyakit baik pada manusia, hewan, ataupun  tumbuhan. Contoh anggota Deuteromycota yang merugikan, antara lain Chladosporium penyebab penyakit kulit, Trichophyton dan Epudermophyton penyebab penyakit kulit dan kuku, serta Microsporium penyebab penyakit rambut dan kuku.




                                                Gambar 4.21 Struktur Trichophyton sp
Mikorhiza
Mikorhiza adalah simbiosis antara jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi, jamur yang dari Divisio Zygomycotina, Ascomycotina dan Basidiomycotina.
Lichenes / Likenes
Likenes adalah simbiosis antara ganggang dengan jamur, ganggangnya berasal dari ganggang hijau atau ganggang biru, jamurnya berasal dari Ascomycotina atau Basidiomycotina. Likenes tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup di tempat-tempat yang ekstrim.
Contoh :
·         Usnea dasypoga
·         Parmelia acetabularis
4.7.MACAM-MACAM JAMUR YANG BISA DI MAKAN DAN TIDAK BISA DI MAKAN
Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau tempat lembab lainnya.
Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal sebagai jenis jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan ramuan obat, tetapi pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar.
Kalau sesekali sobat berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur, maka amatilah bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian-bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai (stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids).
Sampai saat ini masih belum diketahui, berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan tapi tidak membahayakan.
Jamur dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :

*      Jamur Yang Tidak Berbahaya

1.      Suung bulan, Supa barat jamur bulan (Gymnopus sp)
·    Habitatnya :
·    Merupakan jamur yang belum dibudidayakan, hidup pada musim penghujan terutama angin berhembus dari barat terutama hidup pada tegalan, kebun atau di pinggir rumah.
·    Banyak ditemukan tumbuh di atas sarang rayap atau pada tanah yang kandungan organic tanahnya sangat baik.
·    Ciri-ciri :
·    tudung berwarna putih kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan dengan batang putih bersih.


2.Supa kelapa, jamur bulat (Calvatia)
·  Habitatnya :
·  belum dibudidayakan, banyak ditemukan di lapangan terutama di bawah pohon kelapa.
·  Ciri-ciri :
·  kalau masih muda tubuh buah berwarna putih kadang-kadang putih kekuning-kuningan.
·  kalau sudah tua bagian dalamnya akan berubah menjadi serbuk yang dapat menghembus keluar kalau dipijit.


2.      Jamur karang (Clavaria)
·  Habitatnya :
·  Belum dibudidayakan, banyak tumbuh di tanah yang berhumus, pada batang kayu yang sudah lapuk.
·  Ciri-ciri :
·  berbentuk seperti karang, berwama putih, putih kekuning –
·  kuningan atau putih kebiruan.



3.      Klitos (Clitocybe)
·              Habitatnya :
·              merupakan jamur liar di dalam hutan, kebun, hutan tepi pantai.
·              Ciri-ciri :
·              tubuh buah seperti Suung bulan dengan tudung membuka keluar atau berbentuk payung, berwarna putih kekuning-kuningan atau coklat muda.
·              Jenis jamur ini berguna pada bidang farmasi maupun kedokteran karena mengandung halusigen (dapat menyebabkan halusinasi pada mereka yang memakannya).

4.      Jamur payung (Collybia)
·       Habitatnya :
·       Merupakan jenis jamur liar yang banyak menempel pada batang kayu yang telah lapuk atau mati.
·       Ciri-ciri :
·       Berbentuk seperti payung, berwarna kekuning-kuningan atau kecoklat- coklatan.


5.      Hidnum (Hydnum)
·  Habitatnya :
·  Merupakan jenis jamur liar yang tumbuh pada tegalan atau tanah yang berhumus dan biasanya ditemukan menempel pada ranting kayu yang sudah lapuk.
·  Ciri-ciri :
·  Mempunyai bentuk seperti payung terbuka keluar dan bertangkai tebal, warna tubuh kekuning - kuningan, putih sera putih kecoklat-coklatan.

6.      Higroporus (Hygrophorus)
·  Habitatnya / Ciri-ciri :
·  Merupakan jenis jamur liar yang mempunyai bentuk dan sifat tumbuh yang sama seperti hidnum.








7.      Marasmius
·  Habitatnya :
·  Merupakan jenis jamur liar mempunyai bentuk dan sifat seperti jamur payung lainnya.
·  Ciri-ciri :
·  Tangkai tubuh panjang berwarna putih kecoklat-coklatan atau putih kekuning-kuningan.














*     Jamur Yang Berbahaya


            Amanita, Fly agaric, Supa upas terutama yang termasuk ke dalam jenis A. muscaria, A. umbrina, A. spissa
·  Habitatnya :
·  Tumbuh liar di hutan, tegalan dan pekarangan, ditemukan di antara jatuhan daun atau pada tanah humus
·  Ciri- ciri :
·  Tubuh buah seperti payung, dengan tudung berwarna merah, coklat tua, coklat muda sampai kuning dengan bintik-bintik putih.
·  Racun yang terkandung digunakan untuk meracuni ujung tombak atau senjata tajam lainnya.
·   








1.      Supa kakabu, bolet (Boltus)
·  Habitatnya :
·  Tumbuh liar di hutan di antara jatuhan daun atau tanah berhumus, di pinggir kebun dan pekarangan rumah.
·  Ciri-ciri :
·  Tubuh buah menyerupai payung, tudung tebal dan bulat.
·  Batang berwarna kecoklat-coklatan atau kehitam-hitaman serta tudung berwarna coklat tua, kuning, atau coklat kekuning-kuningan.
2.      Supa rampak (Coprinus)
·  Habitatnya :
·  Tumbuh liar di tempat penggilingan padi dan di bawah pohon pisang.
·  Ciri-ciri :
·  Apabila masih muda tudung berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, putih kebiru-biruan atau putih gelap dan apabila sudah tua tudungnya cepat hancur dan mengeluarkan cairan yang berwarna biru atau violet.
3.Kortinarius (Cortinarius)
·  Habitatnya :
·  Tumbuh liar, banyak ditemukan di tumpukan daun dan tanah yang berhumus.
·  Ciri-ciri:
·  Tubuh buah berbentuk payung dengan batang berwarna putih kekuning-kuningan, putih kebiru-biruan atau putih gelap.
·  Tudung berwarna putih kecoklatan, violet, biru atau kuning.


4.Laktarius (Lactarius)
·  Habitatnya :
·  Tumbuh liar di hutan, kebun dan di pekarangan rumah.
·  Ciri-ciri :
·  Tubuh buah berbentuk payung terbuka ke atas dan berbatang tebal berwarna coklat muda,kekuning-kuningan, coklat putih serta biru muda dengan bintik hitam atau garis-garis memanjang.
·  Tudung berwarna seperti batang, kadang-kadang disertai garis melingkar di atasnya.
4.8. PERANAN
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut.
a.       Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.
b.      Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu
dalam pembuatan tempe dan oncom.
c.       Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri
keju, roti, dan bir.
d.      Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e.       Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut.
a.       Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit
rebah semai.
b.      Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman
kentang.
c.       Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d.      Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e.       Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru
manusia.
f.       Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.















BAB V
ALGA  (GANGGANG)


            Alga merupakan tumbuhan talus yaitu tumbuhan yang belum mempunyai akar, batang dan daun. Alga adalah organisme berkloroplas yang dapat menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Ukuran alga beragam dan beberapa micrometer sarnpai beberapa meter panjangnya. Semua Alga mengandung klorofil oleh sebab itu dapat berfotosintesis. Disamping itu mengandung pigmen lain yang berbeda-beda tergantung divisi. Pigmen-pigmen ini tergkandung dalam plastida. Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang yang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. (Lihat gambar 5.1).









Alga ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan bentuk serupa benang atau lembaran.  Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen) yaitu  Fikosianin (warna biru), Klorofil (warna hijau), Fikosantin (warna pirang/ coklat), Fikoeritrin (warna merah), Karoten (warna keemasan), Xantofil (warna kuning).

5.1  CIRI-CIRI UMUM ALGA
            Secara umum Alga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, umumnya hidup ditempat-tempat yang berair baik air tawar maupun air laut, salain itu juga Alga hidup ditempat-tempat yang lembab lain seperti pohon dan lain sebagainya. Alga juga dapat dapat ditemukan pada tempat-tempat yang memiliki suhu-suhu ekstrem tinggi atau ekstrem rendah. Struktur tubuh sel, individu-individu uniseluler yang dapat bergerak (motil) dengan bantuan bulu cambuk(flagel) dan individu-individu yang multiseluler mempunyai beberapa bentuk antara lain: koloni senobium, koloni agregat, filamen, sifoneus, parenkimateus. Susunan sel, Alga memiliki dua tipe sel yang bersifat prokariaotik maupun eukariotik. Tipe plastida yang dijumpai pada Alga adalah kloroplas dengan bermacam-macam pigmen yang diperlukan untuk fotosintesis. Pigmen pada Alga memperlihatkan variasi warna yang cukup nyata seiring dengan perubahan-perubahan pada kondisi linkungan yang berbeda.


5.2  HABITAT ALGA

            Alga bisa hidup dipermukaan, selain dipermukaan Alga juga dapat hidup dalam perairan (aquatik) maupun daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di perairan. Alga sangat berperan penting di dalam siklus unsur-unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan. Beberapa Alga laut bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrata tertentu yang hidup di laut, misalnya spon, koral, cacing laut. Alga terestrial dapat hidup di permukaan tanah, batang kayu, dan lain-lain.

5.3  MORFOLOGI ALGA
            Alga mempunyai bentuk yang bervariasi. Susunan kerangka Alga tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun, sehingga keseluruhan tubuhnya dikenal dengan nama thallus. Beberapa tumbuhan mempunyai bentuk kerangka tubuh menyerupai tumbuhan berakar, berbatang dan berdaun atau berbuah, tetapi semua bentuk tubuh tumbuhan tersebut sebetulnya hanyalah thlallus. Thallus Alga memiliki struktur yang sangat bervariasi kadang-kadang menyerupai kormus tumbuhan tinggkat tinggi. Bentuk thallus Alga makroskopis bermacam-macam antara lain bulat, pipih, gepeng bulat seperti kantong dan seperti rambut.

            Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus), pectinate (sederet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berseling), ferticinate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama), dan ada juga yang sederhana tidak bercabang.

5.4  REPRODUKSI ALGA
a         Secara vegetative
Gambar 5.2 : Perkembangbiakan secara Vegetatif
            Secara vegetatif perkembangbiakan dilakukan dengan cara fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel, serta pembentukan sporik. (Lihat gambar 5.2). Perkembangan vegetative yaitu dengan membentuk :
a.       Aplanospora, yaitu spora yang tidak dapat bergerak.
b.      Planospora, yaitu spora yang dapat bergerak.
c.       Autospora yang berasal dari aplanospora.
d.      Autokoloni yang berasal dari aplanospora, contoh: scenedesmus, pediastrum, dan crucigenia.
b        Secara aseksual
            Secara aseksual: yaitu dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora, autospora, dan konjugasi. Konjugasi, yaitu sel protoplas tumbuhan I ke tumbuhan II. Contoh: Spyrogira. Prosesnya, filament saling mendekat kemudian sama-sama membentuk tonjolan kecil, selanjutnya membentuk papilla, kemudian ke dua dinding papilla melebur hingga membentuk saluran, dilanjutkan dengan gamet jantan masuk ke sel betina melalui saluran itu. (Lihat gambar 5.3 dan gambar 5.4).
Gambar 5.3 : Spyrogira sp dengan konjugasi
Gambar 5.4 : Langkah konjugasi Spyrogira sp

Konjugasi terbagi atas 3 bentuk yaitu :
1.      Konjugasi bentuk tangga (skalariform), yaitu pertemuan 2 protoplas di saluran konjugasi.
2.      Konjugasi bentuk lateral, yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang saling berlekatan yang berasal dari satu filament.
3.      Konjugasi silang yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang tanpa saluran konjugasi.
c         Secara seksual
Secara seksual yaitu dengan cara sebagai berikut :
a.         Isogami yaitu: gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat dibedakan mana jantan dan betina).
b.         Anisogami : gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama).
c.         Oogami yaitu jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif (gametangium oogonium, dan gametangium spermatid).

5.5  BENTUK TUBUH ALGA
Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:
a.       Bentuk uniseluler : Bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.
b.      Bentuk multiseluler.
a         Berkoloni :
1.      Koloni yang motil
2.      Koloni yang kokoid
b        Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
c         Bentuk filamentik : filamen sederhana, filamen bercabang, filamen heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan multiaksial.
d        Bentuk sifon/pipa.
e         Pseudoparenkhimatik.
5.6  KLASIFIKASI
Alga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Divisi Chlorophyta (Alga hijau).
2.      Divisi Pyrrophyta.
3.      Divisi Chrysophyta (Alga keemasan).
4.      Divisi Phaeophyta (Alga coklat).
5.      Divisi Rhodophyta (Alga merah).
6.      Divisi Cyanophyta (Alga biru).
Untuk lebih jelas maka akan dibahas masing-masing kelas dari alga, pembahasannya adalah sebagai berikut :

1.      Divisi Chlorophyta (Alga hijau)





Gambar 5.5 : Beberapa jenis Chlorophyta (Alga hijau)
            Chlorophyta merupakan kelompok besar (lebih dari 7000 spesies) yang anggotanya terdiri dari alga hijau yang hidup sebagai plankton di air tawar dan sebagian kecil di air laut. berbentuk filamen nonmotil atau thaloid, dan mempunyai flagella. Sel-selnya dikelilingi oleh dinding selulosa yang sama dengan tanaman hijau multiseluler seperti halnya kloroplasnya. Hal ini mendukung argumentasi bahwa Chlorophyta termasuk dalam kingdom tumbuhan. Diduga ancestornya merupakan autotrof fotosintetik yang merupakan penyatuan endosimbiotik antara eukariotik heterotrofik dan cyanobacteria.
A.    Ciri-ciri umum  Chlorophyta (Alga hijau)
1.      Berwarna hijau terang.
2.      Kosmopolitan (air tawar, payau, asin. Dari oligotrof sampai eutrof.
3.      Memiliki anggota terbanyak.
4.      Eukariot.
5.      Ada yang unisel, koloni dan filament.
6.      Pigmen yang dimiliki: klorofil a,b, karoteֶ(α,β,γ) dan beberapa xantofil.
7.      Dinding sel terbuat dari selulosa atau polimer xylosa atau mannosa atau hemiselulosa.
B.     Struktur tubuh Chlorophyta (Alga hijau)
Struktur tubuh bervariasi baik dalam ukuran, bentuk maupun susunanya. Untuk mencakup sejumlah besar variasi tersebut, maka alga hijau dapat dikelompkkan sebagai berikut :
1.      Sel tunggal (uniseluler) dan motil.
2.      Sel senobium (koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap).
3.      Koloni tak baraturan, filamen (ada yang bercabang dan tidak bercabang).
4.      Heterotrikus (filamen barcabang bentuknya terbagi menjadi prostate dan erect).
5.      Foliaceus atau parenkimatis (filamen yang pembelahan sel vegetatif terjadi lebih dari satu bidang).
6.      Tubular (talus yang memiliki banyak inti tanpa sekat melintang).

C.     Struktur Sel Chlorophyta (Alga hijau)
1.      Dinding sel.
Dinding sel tersusunan atas dua lapisan dalam yang tersusun atas selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin. Tetapi beberapa alga bangsa volvocales dindingnya tidak mengandung selulosa. Melainkan tersusun atas glikoprotein. Dinding sel Chlorophyta mengandung xylan datau mannan.
2.      Kloroplas atau tempat pembentukan klorofil.
Gambar 5.6 : Kloroplas
            Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantifil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel parietal,ex: ulotrix atau ditengah lumen sel (axial,ex:muogotia). Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada siponoles zygnemales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. (Lihat gambar 5.6). Bentuk kloroplas sangat berfariasi. Fariasi bentuk kloroplas adalah sebagai berikut :   
1.                  Bentuk mangkuk
2.                  Bentuk sabuk
3.                  Bentuk cakram
4.                  Bentuk anyaman
5.                  Bentuk spiral
6.                  Bentuk bintang
            Amilum dari Chlorophyta seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, tersusun sebagai rantai glukosa tak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Sering kali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut pirenoid. Tetapi beberapa jenis tidak mempinyai pirenoid merupaka golongan chlorophyceae yang tinggi tingkatannya. Jumblah pirenoid umumnya dalam tiap sel tertentu dapat digunakan sebagai bukti taksonomi.
D.    Klasifikasi Chlorophyta (Alga hijau)
Regnum          : Protista
Divisi              : Chlorophyta
Kelas               : Chlorophyceae
Ordo               : Zygnematales
Genus             : Spirogirra
Spesies            : Spyrogira sp
(Lihat gambar 5.7).                     Gambar 5.7 : Spyrogira sp
E.     Perkembangbiakan Chlorophyta (Alga hijau)

Gambar 5.8 : Perkembangbiakan Chlorophyta

1.  Secara vegetatif , dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel.
2.  Secara aseksual, dilakukan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik. zoopora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus disebut sporangia. Zoopora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada subtract yang sesuai, umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding , selama proses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk mempertahankan diri. Selain dengan zoopora, perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan pembentukan: Aplanospora, hipnospora, autospora. (Lihat gambar 5.8).
3.  Secara seksual, dengan anisogami. Gamet jantan menyerupai zoospora dan selalu bergerak bebas. Gamet betina kadang-kadang tidak bergerak, jadi merupakan suatu oogonium. Perkawinan terjadi karena adanya daya tarik yang bersifat kemotaksis. Zigot biasanya berupa suatu sel yang berdinding tebal, bulat, dan kadang-kadang berwarna merah karena mengandung hematokrom. Pada kebanyakan Chlorophyta pembelahan reduksi terjadi pada perkecambahan zigot, jadi ganggang hijau adalah organisme haploid. Alat-alat perkembangbiakan seksual dan aseksual (gamet dasn spora) terdapat pada satu individu, tetapi tiap-tiap individu tidak menghasilkan kedua macam alat perkembangbiakan itu. Biasanya terdapat suatu deretan tumbuhan yang selalu berkembangbiak secara vegetatif dan baru kemudian muncul individu yang berkembangbiak secara generatif. Jadi, meskipun kedua-duanya haploid, ada yang bersifat vegetatif dan ada yang bersifat generatif. Dengan pemindahan tempat terjadinya pembelahan reduksi dari zigot ke sporangium pada fase aseksual, terjadilah pergiliran keturunan antara sporofit yang diploid dengan gametofit yang haploid. Pada pembelahan reduksi terjadi penentuan jenis kelamin.


F.      Habitat Chlorophyta (Alga hijau)
            Cholorophyta umumnya hidup di air tawar (90%) yang merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos bersel besar ada yang hidup di air laut(10%), terutama dekatpantai. Ada jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya ada yang tahan akan kekeringan. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah.  Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit, terutama hidup ditempat yang cahayanya cukup seperti : kolam, danau, genangan air hujan, pada air mengalir (sungai atau selokan). Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab (protococus dan trentepolia). Beberapa anggotanya hidup dii air mengapung atau melayang, sebagian hisup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan ataupun hewan.
G.    Peranan Chlorophyta (Alga hijau)
            Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
            Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di Pasuruan).
2.      Divisi Pyrrophyta







Gambar 5.9 : Beberapa jenis Phyrrophyta
            Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin,sementara yang lain memiliki klorofil A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya dinoflagellata yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Berwarna kuning coklat.
            Alga yang termasuk  Pyrrophyta ini disebut Dino Flagellata, tubuh tersusun atas satu sel memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan alur, masing-masing mengandung satu flagel. (Lihat gambar 5.9).
A.  Ciri-ciri umum Pyrrophyta
1.    Memiliki variasi nutrisi yang besar dari autototropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.
2.    Memiliki peranan sebagai plankton baik di air tawar dan di air laut
3.    Bentuk sel tunggal.
4.    Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid.
5.    Tubuh primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri.
6.    mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan.
7.    Sel terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka.
8.    Dinding sel pada umumnya mengandung selulose.
9.    Semua tipe mempunyai membran plasma yang berkesinambungan dengan membran flagel pada bagian luar.
10.     Cadangan makanan berupa amilum yang terdapat dalam sitoplasma.

B.  Struktur tubuh Pyrrophyta
            Organisme ini memiliki peranan sebagai plankton baik di air tawar dan di air laut. Meskipun lebih berfariasi bentuk yang ditemukan di air laut. Klas dinophyceae motil tersusun oleh epiko dan hipokon yang terbagi secara melintang oleh girdre (sabuk/ sigulum) Epikon dan hipokon paa umumnya dibagi menjadi sejumlah lempengan (teka) dan jumlah serta susunan karakterisrik pada tingkat marga sulcus letaknya membujur.
C.  Struktur sel Pyrrophyta
            Pembagian Pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknyanya penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai penutup sel (theca). Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian nama Peridinium. Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior. Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical dan precingular. Pada beberpara genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior (a). Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal: cingular dan antapikal juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.
            Dinding sel pada umumnya mengandung selulose, hal ini akan memberikan struktur karakteristik dari teka amfisema adalah nama yang digunakan untuk lapisan terluar khusus dari sel Dinophyceae. Semua tipe mempunyai membran plasa yang berkesinambungan dengan membran flagel pada bagian luar. Pada umumnya terdapat sejumlah pori dalam amfisema dengan trikosit dalam tipe pori.


D.  Klasifikasi Pyrrophyta
Regnum      : Plantae         
Divisi     : Dinophyta    
Kelas      : Dinoflagellata          
Ordo      : Gonyaulacales          
Spesies   : Gonyaulax balechii
(Lihat gambar 5.10).
Gambar 5.10 : Gonyaulax balechii
E.   Perkembangbiakan Pyrrophyta
Cara Perkembangbiakan Pyrrophyta memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara:
a.    Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang kemudian masing – masing membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi, mengeluarkan sel kembar yang telanjang.
b.    Sexual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain.
c.    Sporik, yaitu dengan zoospora .
F.   Habitat Pyrrophyta
            Mayoritas dari Pyrrophyta berasal dari lautan, tetapi ada beberapa spesies yang lain yang hidup dia sungai sungai. Pyrrophyta adalah kompenin yang penting dari plankton, khususnya pada kondisi hangat. Sebagai penambahan, beberap spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik. Dinoflagellata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari range nututropik ke bentuk heterotropik, yang mana terdapat juga invertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain. Dinoflagellata yang memiliki sistem fotosintesis dan membutuhkan vitamindissebut autotropi dan yang membutuhkan energi disebut heterotrop.
G.  Peranan Pyrrophyta
            Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagelata mungkin akan menghasilkan warna coklat atau merah perubahan wama air disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa dinoflagelata menghasilkan red tides adalah luminescent Spesics lain mungkin mengandung racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyeliabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska atau ikan.

3.    Divisi Chrysophyta (Alga keemasan)
Gambar 5.11 : Beberapa jenis Chrysophyta (Ganggang keemasan)
            Nama Chrysophyta berasal dari bahasa yunani yaitu Chryos yang berarti emas. Chrysophyta adalah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Chrysophyta memiliki klorofil A dan C dan klorofil tersebut tersimpan didalam kloroplas yang berbentuk cakram atau lembaran. (Lihat gambar 5.11).
A.  Ciri-ciri umum Chrysophyta (Alga keemasan)
1.    Berwarna keemasan karena mengandung pigmen karoten dan xantofil.
2.    Cadangan makanan pada Chrysophyta berupa tepung krisolaminarin.
3.    Digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae), Kelas alga keemasan (Chrysophyceae), Kelas Diatom (Bacillariophyceae).
B.  Struktur tubuh Chrysophyta (Alga keemasan)
            Bentuk tubuh Chrysophyta kebanyakan bersel satu (uniseluler) dan bersel banyak (multiseluler) dan ubuhnya biasanya berbentuk seperti benang. Susunan Tubuh Chrysophyta :
a). Xantophyceae ada 3 bentuk
1.    Berbentuk sel tunggal.
2.    Berbentuk filament.
3.    Berbentuk tubular/tidak terbatas.
b). Chrysophyceae ada 2 bentuk
a      Berbentuk sel tungggal.
b      Berbentuk koloni.
c). Bacillariophyceae
1.    Berbentuk sel tunggal berbentuk koloni dengan bentuk tubuh simetri bilateral (pennales) dan simetri radial (centrales).
C.  Struktur sel Chrysophyta (Alga keemasan)
Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel. Bila ada dinding selnya maka terdiri dari lorika (ex.Dinobryon dan kephryon). Atau tersusun dari lempengan silicon (ex. Sinura dan mallomonas) atau tersusun dari cakram kalsium karbonat (ex. Syracospoera). Struktur selnya tidak mempunyai dinding selulosa dan membrannya menunjukkan kewujudan silica.
1.    Isi Sel
a      Xantophyceae, Terdapat inti sel: berentuk tunggal dan berbentuk banyak inti. Terdapat plastid berbentuk cakram tanpa pienoid Pigmen : klorofil a dan b, β karoten, xantofilchrysophyceae Berinti tunggal Plastida, terdiri dari 1 atau 2 Pigmen, berupa klorofil a, b, c β karotin, xantofil, berupa lutein, diadinoxantin, fukoxantin dan dinoxantin.
b      Berinti tunggal dan berinti diploid Pigmen, berupa klorofil a dan c β karotin, xantofil.
2.    Kloroplas
            Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat keemasan. Chrysophyta menunjukkan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloroplas (girdle lamina). Kloroplas terdiri dari dua membrane (CER), jarak periplastida antara dua kloroplas dan retikulumendoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur.
3.    Ribosom
            Ribosom pada Chrysophyta terdapat pada permukaan luar CER. Alat gerak Chrysophyta memiliki alat gerak yang terdiri dari flagel dan jumlahnya tidak sama tiap marga (struktur dasar flagel pada alga mirip dengan flagel pada mahluk hidup lain. Susunan benang flagel menunjukkan pola 9+2 dengan tipe akronematik (whiplash) dan pantonematik (tinsei).
4.    Vakuola Kontraktil
            Terdapat satu atau dua fakuola kontraktil dalam sel (tergantung pada spesies) yang terletak dekat dasar dari flagel. Masing-masing fakuola kontrakil terdiri atas vesikel kecil yang berdenyut dengan interfal yang teratur, mengeluarkan isinya dari sel. Fakuola kontraktil yang terdapat pada alga yang berflagel fungsi utamanya adalah osmoregulator.
5.    Badan Golgi
            Badan golgi terletak di antara inti dan kontraltil fakuola. Badan golgi adalah organela yang terdapat pada sel eukariotik, baik hewan maupun tumbuhan yang strukturnya terdiri dari tumpukan fesikel bentuk cakram atau kantung.
6.    Nukleus
Nukleus dan kloroplas dihubungkan oleh membran kloroplas ER yang mana berhubungan dengan pembungkus inti.



D.  Klasifikasi Chrysophyta (Alga keemasan)
Domain       : Eukaryota     
Regnum : Chloromaiveolata     
Divisi                 : Heterokontophyta    
Kelas                  : Chrysophyta
(Lihat gambar 5.12).
         Gambar 5.12 : Chrysophyta
E.   Perkembangbiakan Chrysophyta (Alga keemasan)
            Secara umum perkembangbiakan pada Chrysophyta terjadi secara generatif dan vegetatif. Dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi terjadi menjadi 2 macam yaitu: 1). Koloni memisah menjadi 2 atau lebih (sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru). 2). Sporik dengan membentuk 2 oospora (untuk sel yang tidak berflogel) dan statospora (tipe spora yang unik yang ditemukan pada Chrysophyta, dengan bentuk speris dan bulat, dinding spora bersilla, tersusun atas 2 bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau pori ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin).
            Perkembangbiakan Chrysophyceae yang dilakukan scara vegetative dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi ada dua macam yaitu:
a.    Koloni memisah menjadi 2 bagian atau lebih. Sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru.
b.    Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang tidak berflagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan pada crysophyta, khususnya pada kelas chrysophyceae dengan membentuk speris dan bulat. Dinding spora bersilia tersusun atas 2 bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau poredan ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin.
F.   Habitat Chrysophyta (Alga keemasan)
            Habitat Chrysophyta biasanya terdapat ditempat-tempat yang basah, air laut, air tawar dan ditanah yang lembab. Untuk xantophyceae hidup di air tawar, air laut dan tanah dan chrysophyceae hidupnya di air laut dan air tawar sedangkan bacillariopphyceae di air laut, di air tawar ataupun pada tanah- tanah yang lembab.
G.  Peranan Chrysophyta (Alga keemasan)
            Chrysophyta merupakan bagian yang terdiri dari fitoplankton. Navicula merupakan fitoplankton dilaut sehingga dikenal sebagai grass of the sea. Beberapa hewan laut kecil seperti udang-udangan dan larva ikan memperoleh karbohidrat, lemak, dan protein dari diatomae. Sisa diaromae yang telah mati berbentuk deposit yang disebut tanah diatoni. Tanah diaromae sering dimanfaatkan sebagai penyerap trinitrogliserin (TNT) pada bahan peledak, campuran semen, sebagai bahan penggosok, bahan penyaring, solasi penyuling gasoline dan glukosa serta digunakan sebagai bahan untuk pembuat jalan.
Disamping itu alga ini berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam. Chrysophyta merupakan bagian yang terdiri dari fitoplankton.

4.    Divisi Phaeophyta (Alga coklat)







   Gambar 5.13 : Beberapa jenis Phaeophyta (Ganggang coklat)
            Phaeophyta atau ganggang coklat adalah salah satu kelas dari dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang terdapat dalam Phaeophyceae adalah klorofil A dan C serta karoten. (Lihat gambar 5.13).
A.  Ciri-ciri umum Phaeophyta (Alga coklat)
1.    Sebagian besar Phaeophyta terdapat dilaut.
2.    Phaeophyta banyak terdapat didaerah yang beriklim dingin.
3.    Alga ini banyak mendominasi bagian lateral daerah artik dan antartik.
4.    Ada jenis-jenis lainnya yang hidup didaerah tropic dan subtropik.
5.    Sebagian besar dari phaeophyta hidup melekat pada subtract karang dan lainnya.
6.    Beberapa diantaranya hidup sebagai epifit.
7.    Semua berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi denganbagian-bagian serupa akar, batang, dan daun.
8.    Umumnya bersifat makroskopis, dan dapat mencapai ukuran lebih dari30 meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung.
9.    Mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia di antaranya: Sebagai bahan makanan, pengasil alginate di laboratorium,dalam industri sebagai bahan kosmetik, farmasi, dan penyusun fosil.


B.  Struktur tubuh Phaeophyta (Alga coklat)
            Tubuh selalu berupa talus yang multi seluler yang berbentuk filament atau lembaran atau menyerupai semak atau pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup di lautan daerah iklim, dingin. Panjang tubuh maximum mencapai 100m.
C.  Struktur sel Phaeophyta (Alga coklat)
            Sel mengandung khloroplas berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita,mengandung khorofil a dan klorofil c serta beberapa xantofil misalnya fukosatin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel menandung selulose dan asam alginate. Umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel, yang tersusun dari tiga macam polimer, yaitu : selulosa, asam aginat, fukan dan fukoidin. Dimana algin dan fukoidin lebih kompleks dari selulosa dan gabungan dari keduanya membentuk fikokoloid. Kadang-kadang dinding selnya juga mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal, bagian pangkal berinti banyak. Kloroplas dengan berbagai macam bentuk, ukuran dan jumlah.



D.  Klasifikasi Phaeophyta (Alga coklat)
Regnum      : Protista
Divisi                      : Phaeophyta
Kelas                      : Phaeophyceae
Ordo                       : Fucales
Famili                     : Sargassaceae
Genus                     : Sargassum
Spesies                    : Sargassum sp Gambar 5.14 : Sargassum sp

E.   Perkembang biakan Phaeophyta (Alga coklat)
            Perkembang biakan dengan frakmentasi dan membentuk spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memiliki 2 flagel yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral. Reproduksi generatif dengan membentuk alat kelamin yang disebut konseptakel jantan dan konseptakel betina. Didalam konseptakel jantan terdapat anteridium dan di dalam konseptakel betina terdapat oogonium yang menghasilkan ovum. Spermatozoid membuahi ovum yang menghasilkan zigot.
            perkembang biakan pada bangsa ganggang coklat ini terjadi secara vegetatif, sporik dan gametik. Perkembang biakan secara vegetatif dilakukan dengan cperantara cabang-cabang kecil yang dibentuk di bagian basal dari thalussnya atau dapat pula dilakukan secara fragmentasi thalussnya. Perkembangbiakan seksual dilakukan secara oogamis ganggang ini bersifat monoeisis atau diesis.
F.   Habitat Phaeophyta (Alga coklat)
            Phaeophyta sebagian besar hidup di air laut hanya beberapa saja yang hidup di air tawar. Dan ada yang terdampar di pinggir pantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat semacam akar (hold fast). Phaeophyta ini juga hidup di tempat yang bersuhu dinggin dan sedang.
            Phaeophyta ditemukan di seluruh dunia. Hampir semua adalah organisme laut dan lebih dingin, air aktif, meskipun beberapa lebih suka iklim tropis dan subtropis. Phaeophytes yang lebih sejuk karena iklim sejuk air itu mampu bertahan lebih tinggi konsentrasi karbon dioksida, yang digunakan dalam fotosintesis. Mereka ditemukan di lepas pantai hampir setiap negara. Mereka adalah bagian penting dari flora laut, karena menyediakan makanan, tempat berlindung, pemijahan daerah, dan substrat untuk berbagai hewan laut.
G.  Peranan Phaeophyta (Alga coklat)
            Sebagian besar paeophyta di gunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan ada pula yang menggunakan sebagai bahan lab, dan ada juga yang memanfaatkan sebagai bahan obat dan pelekat fosil. Para ilmuwan memanfaatkan phaeophyta untuk melawan timbulnya kaker kulit yang di sebabkan oleh terpaparnya sinar matahari.
5.    Divisi Rhodophyta (Alga merah)
 
Gambar 5.15 : Rhodophyta (Alga merah)
            Rhodophyta sering disebut juga sebagai alga merah, karena pigmen fotosintetik didominasi oleh fikoeritrin. Pigmen lain terdiri atas klorofil a, dan pada beberapa jenis mempunyai klorofil d, fikosianin, karoten, dan beberapa xantofil. (Lihat gambar 5.15).
A.  Ciri-ciri umum Rhodophyta (Alga merah)
1.    Berwarna merah.
2.    Bahan cadangan makanan di dalam selnya berupa pati floridean, yaitu polisakarida yang mirip amilopektin.
3.    Mempunyai dinding sel berupa selulosa, xylan, dan galaktan.
4.    Alat gerak yang berupa flagela tidak ada.
5.    Umumnya hidup di lautan, terutama di daerah tropis, beberapa spesies hidup di daerah dingin.
6.    Dapat tumbuh sampai kedalaman lebih dari 175 meter di perairan.
7.    Kebanyakan tumbuh menempel pada bebatuan dan substrat lain atau lagae lain, tetapi ada juga yang hidup mengapung dengan bebas.
B.  Struktur sel Rhodophyta (Alga merah)
            Dinding selnya terdiri dua lapis, lapisan bagian dalam kasar (rigid) dan menyerupai mikrofibril, sedangkan bagian luar berbentuk lapisan mucilaginous. pada dinding selnya terdapat berbagai macam bahan selain selulosa, yaitu polisakarida sulfat, agar dan karagenin. Pada alga pembentuk koral, dapat mengumpulkan CaCO3 di dalam dinding selnya. Oleh karena hal tersebut jenis alga ini berperan penting dalam proses pembentukan karang.
C.  Struktur tubuh Rhodophyta (Alga merah)
            Umumnya tubuh berwarna merah karena adanya protein fikobilin,terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar, karaginan dan fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerah-merahan. Ada perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenis. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus, beberapa dari mereka bentuknya seperti lumut.
            Tubuh ganggang ini juga berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung atau pirang atau kemerah – merahan, chromatofora berbentuk cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi.
D.  Reproduksi Rhodophyta (Alga merah)
            Roduksi ganggang ini secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada ujung – ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang berupa spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya.
            Selaian reproduksi seksusal ganggang ini juga bereproduksi sevcara aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit. Karkosporafit akan menghasil tentranspora. Contoh anggota ganggang merah antara lain: porallina, parmalia, bateracospermum moniniformi, gelidium, gracilaria,eucheuma, dan skinaia furkellata.

E.   Klasifikasi Rhodophyta (Alga merah)
Regnum      : Protista
Divisi                      : Rhodophycophyta   
Kelas                  : Rhodophyceae         
Ordo                  : Gigartinales  
Famili                 : Gracilariaceae           
Genus                : Gracilaria      
Spesies               : Gracilaria  sp       
(Lihat gambar 5.16)                                            Gambar 5.16 : Gracilaria  sp
F.   Habitat Rhodophyta (Alga merah)
Ganggang ini kebanyakan hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, ada juga yang hidup didaerah dingin.
G.  Peranan Rhodophyta (Alga merah)
Peranan ganggang ini antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik, misalnya eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri.




6.    Divisi Cyanophyta (Alga Biru)

Gambar 5.17 : Salah satu jenis Cyanophyta (Alga Biru)

            Merupakan alga bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang yang mempunyai spora. Benang –benang itu dapat putus – putus merupakan hormogonium yang dapat merayap dan merupakan koloni baru. Spora terbentuk dari isi sel ( endospora ) setelah keluar dari sel induknya spora dapat menjadi tumbuhan baru. (Lihat gambar 5.17).

A.  Ciri-ciri umum Cyanophyta (Alga Biru)

1.    Bersel tunggal ( Uniseluler ), ada pula yang berkoloni.

2.    Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin dan fikoeritrin.

3.    Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulose, kadang – kadang berlendir.

4.    Inti sel tidak memiliki membran ( prokariotik)

B.  Reproduksi Cyanophyta (Alga Biru)

1.   Pembelahan sel

            Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel – sel tunggal, pada beberapa generasi sel – sel membelah searah dan tidak saling terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata rantai sel yang disebut trikom. Tempat – tempat tertentu dari filamen baru setelah mengalami dormansi ( istirahat yang panjang ). Heterokist dapat mengikat nitrogen bebas di udara contoh pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang pucat, kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan memiliki dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding sel vegetatif. Sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penabalan eksternal oleh tambahan zat yang kompleks.


2.   Fragmentasi

            Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada Oscillatoria. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati itu membagi filament menjadi 2 bagian atau lebih. Masing – masing bagian disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan dinding yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin meliputi kerusakan transeluler.


3.   Spora

            Pada keadaan yang kurang menguntungkan Cyanobacteria akan membentuk spora yang merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan.

C.  Struktur tubuh Cyanophyta (Alga Biru)

            Berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh membran dengan beberapa generasi sel yang terdapat di dalamnya. Membran kadang–kadang ada yang berpigmen.

D.  Struktur sel Cyanophyta (Alga Biru)

            Sel tersusun atas matriks di dalam sebuah lapisan tunggal yang tipis dan berliku yang dipelihara dan tumbuh dari pembelahan sel dalam 2 arah. Spesies ini mungkin berentuk plenkton atau epipelic dan terdapat dalam air yang tenang. Dinding sel mengandung pektin, hemiselulosa, dan selulosa yang kadang-kadang berupa lendir, oleh sebab itu ganggang ini dinamakan juga ganggang lendir. Rupanya sebagian dinding lendir ini berlekatan dengan plasma, meskipun tidak selalu demikian, dan ini terbukti dari percobaan-percobaan plasmólisis. Ditengah-tengah sel terdapat bagian yang tidak berwarna yang mengandung asam deoksi-ribonukleat.

E.   Klasifikasi Cyanophyta (Alga Biru)

Regnum      : Vegetale

Subregnum : Cryptogamae

Divisi                      : Cyanophyta

Kelas                      : Cyanophyceae

Ordo                       : Oscillatoriales

Famili                     : Rivulariaceae

Genus                     : Rivularia

Spesies                    : Rivularia sp.              Gambar : Rivularia sp.

 

F.   Habitat Cyanophyta (Alga Biru)

            Cyanophyta biasanya terdapat dan dapat ditemuka pada bebatuan yang lembab atau pada air.


G.  Peranan Cyanophyta (Alga Biru)

            Beberapa spesies alga biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan alternative. Selain itu beberapa alga biru yang bersimbiosis dapat menambat (fiksasi) nitrogen bebas , sehingga menambah kesuburan tanah.
5.7     PERANAN ALGA
            Salah satu peranan dari alga adalah Chrysophyta yang merupakan bagian yang terdiri dari fitoplankton. Navicula merupakan fitoplankton dilaut sehingga dikenal sebagai grass of the sea. Beberapa hewan laut kecil seperti udang-udangan dan larva ikan memperoleh karbohidrat, lemak, dan protein dari diatomae. Sisa diaromae yang telah mati berbentuk deposit yang disebut tanah diatoni. Tanah diaromae sering dimanfaatkan sebagai penyerap trinitrogliserin (TNT) pada bahan peledak, campuran semen, sebagai bahan penggosok, bahan penyaring, solasi penyuling gasoline dan glukosa serta digunakan sebagai bahan untuk pembuat jalan.
            Selain itu juga peranan alga juga  antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik, misalnya eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri. Alga pun memiliki manfaat bagi kehidupan :
1.    Sebagai bahan makanan untuk bahan pembuat agar-agar (dari kelompok alga merah), mengandung gizi yang tinggi (misal chlorella). Kelompok alga merah yang dijadikan bahan pembuat agar-agar adalah Euchema,  Rhodymenia, Gracilaria, dan Gelidium
2.    Sebagai bahan industri seperti Laminaria dimanfaatkan untuk bahan pembuat cat, obat-obatan, kosmetik bahan untuk pasta gigi, bahan peledak, campuran semen dimanfaatkan dari tanah Diatomae (dari kelompok alga keemasan) yang telah mati
3.    Sebagai produsen, karena mampu melakukan pembentukan makanan sendiri melalui peristiwa fotosintesis
4.    Bisa berperan sebagai vegetasi perintis, karena mampu hidup pada suatu lahan yang organisme lain tidak mampu, sehingga membuka ekosistem baru yang selanjutnya memungkinkan organisme lainnya
5.    Bisa dimanfaatkan dalam pembuatan antibiotik (yaitu scenedesmus)


BAB VI
LICHENES
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dan ganggang. Lumut kerak hidup sebagai epifit pada pepohonan. Lumut ini juga tumbuh di atas tanah, terutama daerah tundra di sekitar Kutub Utara. Selain itu, lumut kerak dapat hidup di segala ketinggian di atas batu cadas, di tepi pantai, sampai di gunung-gunung yang tinggi. Lumut kerak dapat berperan dalam pembentukan tanah dan menghancurkan batu-batuan yang cadas, sehingga lumut jenis ini disebut juga sebagai tumbuhan perintis. Contoh Lichenes dapat dilihat pada gambar 6.1.






Gambar 6.1 : Lichenes (Lumut kerak)
6.1 CIRI-CIRI UMUM LICHENES
Lichenes memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut :
1.      Tidak memiliki akar.
2.      Tumbuh sebagai epifit pada tanaman lain.
3.      Kebanyakan tumbuh di permukaan batu atau kulit pohon tua, ada juga yang lain tumbuh di tanah dan pasir.
4.      Pertumbuhan memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang berbeda.
5.      Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu seksual, aseksual dan vegetatif.

6.2 HABITAT LICHENES
            Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichenes sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichenes yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam hidup laten/ dormansi. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat. Ukuran tubuhnya dalam satu tahun tidak mencapai 1 cm. Badan buah yang baru akan tumbuh setelah Lichenes mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-tahun.
6.3 MORFOLOGI TUBUH LICHENES
            Tubuh Lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi.
            Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan Lichenes. Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus.          
Berdasarkan bentuknya, Lichenes dibedakan atas empat bentuk :    
a. Crustose     
            Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh : Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium dan Graphis scipta (lihat gambar 6.2).





Gambar 6.2: Graphis scipta
                   Lichenes Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau
endoploidal. Lichenes yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis disebut leprose.             
b. Foliose   
                   Lichenes foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Lichenes ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.    


         




Gambar 6.3:  Xantoria parietina       
 b.Fruticose
                    Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,
daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara
permukaan atas dan bawah. Contoh: Usnea australis (lihat gambar 6.4), Ramalina dan Cladonia.




 Gambar 6.4:  Usnea australis
c.       Squamulose    
             Lichenes ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan
sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contohnya Cladonia corneola (lihat gambar 6.5).




           Gambar 6.5:  Cladonia carneola
6.4 ANATOMI TUBUH LICHENES
Anatomi Lumut Kerak dapat dilihat apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian diamati di bawah mikroskop. Maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat disela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan tubuh lumut kerak dapat dibedakan menjadi 3 lapisan. ( Lihat gambar 6.6).
            Gambar 6.6:  Anatomi lumut kerak (Lichenes)
Bagian-bagian anatomi tubuh Lichenes tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lapisan Luar (korteks)
                 Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat. Lapisan ini berfungsi menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh.          
2. Lapisan Gonidium      
                 Lapisan ini merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang berfungsi menghasilkan makanan dengan cara berfotosintesis.        
3. Lapisan Empulur         
                 Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat. Berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substrat atau dikenal sebagai rizoid.
6.5 REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN LICHENES
Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
1. Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut pycnidiospores. Pycnidiospores itu ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang sesuai terjadi perkembangan menjadi Lichenes yang baru.



2. Secara Seksual
                        Perkembangan seksual pada Lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh Lichenes. Perkembangbiakan secara seksual umumnya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa. Fungi yang kemudian bertemu dengan partner alga yang cocok, maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan mitosis.   
3. Secara Vegetatif
Lichenes yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagai berikut :
  1. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru.
  2. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang sedang membelah diselubungi oleh hifa-hifa fungi. Soredia ini sering terbentuk dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
  3. Perkembangbiakan dengan spora fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru jika fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.


6.6 KLASIFIKASI LICHENES
            Lumut kerak diberi nama berdasarkan komponen jamur yang memainkan peran utama dalam menentukan bentuk lumut kerak tersebut. Jamur ini biasanya terdiri dari mayoritas masal lumut, meskipun dalam lumut berserabut dan agar-agar hal ini tidak selalu terjadi. Jamur lumut biasanya anggota Ascomycota jarang anggota Basidiomycota, dan kemudian disebut Basidiolichens untuk membedakan mereka dari Ascolichens lebih umum.
           Sebelumnya beberapa ahli taksonomi, Lichenes ditempatkan pada divisi sendiri yaitu Mycophycophyta. Tetapi praktik ini tidak lagi diterima karena komponen milik untuk memisahkan garis keturunan. Baik Ascolichens maupun bentuk garis keturunan Basidiolichens monofiletik di masing-masing filum jamur mereka, tetapi mereka beberapa bentuk utama semata-mata atau terutama-membentuk kelompok lumut dalam masing-masing filum.
            Bahkan lebih luar biasa dari Basidiolichenes adalah jamur Geosiphon pyriforme, anggota Glomeromycota yang unik dalam hal ini membungkus sebuah simbion cyanobacterial di dalam sel tersebut. Geosiphon biasanya tidak dianggap lumut, dan simbiosis aneh yang tidak diakui selama bertahun-tahun. Genus ini lebih dekat bersekutu dengan endomycorrhizal genera. Lichenes dibedakan menurut jenis cendawan yang menyusunnya yaitu :

1. Ascolichenes
2. Basidiolichenes
a. Ascholichen     
             Jika cendawan yang menyusunnya tergolong dalam Phyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Misalnya dan Verrucaria. Jika cendawan penyusunnya tergolong dalam Discomycetales Lichenes membentuk tubuh buah yang berupa apotesium. Berlainan dengan Discomycetales yang hidup bebas yang apotesiumnya hanya berumur pendek. Apotesium pada Lichenes ini berumur panjang, bersifat seperti tulang rawan dan mempunyai askus yang berdinding tebal. Dalam golongan ini termasuk Usnea (rasuk angin) yang berbentuk semak kecil dan banyak terdapat pada pohon-pohonan di hutan apalagi di daerah pegunungan.    
   
Gambar 6.7 : Dermatocarpon                  Gambar 6.8 : Usnea barbata
                Contoh Ascholichenes adalah Usnea barbata dan Dermatocarpon yang dianggap mempunyai khasiat obat untuk ramuan pembuatan jamu tradisional (lihat gambar 6.7 dan 6.8). Usnea menghasilkan suatu antibiotik asam usnin yang berguna untuk melawan Tuberculosis.
                   Rocella tinctoria untuk pembuatan lakmus. Cladonia rangifera adalah makanan utama rusa kutub. Cetraria islandica terdapat didaerah pegunungan di Eropa mempunyai khasiat obat. Lobaria pulmonaria berupa lembaran-lembaran seperti kulit yang hidup pada pohon-pohon dan batu-batu.
                   Dalam kelas Ascolichenes ini dibangun juga komponen alga dari family Mycophycea dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah: Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa. Dari Cholorophyceae adalah: Protococcus, Trentopohlia dan Cladophora.
 b. Basidiodichenes (Hymenolichenes)          
                 Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan genus: Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu: Scytonema dan tidak berbentuk filament yaitu Chrococcus.  
                        Basidiodichenes kebanyakan mempunyai thallus yang berbentuk lembaran-lembaran. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium yang sangat menyerupai tubuh buah Hymenomycetales. Contoh Cora pavonia (lihat gambar 6.9) yang digunakan  sebagai bahan pembuat obat-obatan.
         




                      Gambar 6.9 : Cora pavonia

6.7 PERANAN LICHENES
            Lichenes memiliki peranan yang penting dalam perekonomian yaitu sebagai bahan makanan yang dapat diolah oleh daerah-daerah tertentu, dapat digunakan sebagai primitive antibiotics, maupun sebagai ekstrak pewarna ungu dan merah.
              Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu menjadi tempat yang digunakan untuk tumbuh-tumbuhan lain.         
Peran lumut kerak bagi manusia:
1. Sebagai tumbuhan perintis      
2. Membantu siklus nitrogen       
3. Sebagai indikator lingkungan             
Peranan lain dari lumut kerak adalah sebagai berikut :
a       Jenis Usnea dayspoga karena mengandung antikanker dan Usnea miseminensis dapat dijadikan obat.
b      Jenis Rocella tinctoria digunakan sebagai bahan dasar lakmus.
c       Selain peran menguntungkan, ternyata lumut kerak juga dapat merugikan karena mampu merusak batuan pada peninggalan sejarah seperti candi Borobudur dan candi-candi lainnya.    
            Walaupun lumut kerak mampu hidup pada lingkungan ekstrim, tetapi lumut kerak sangat peka terhadap polusi. Oleh sebab itu lumut kerak dapat dijadikan indikator pencemaran udara, darat, hujan asam, logam berat, kebocoran radioaktif dan radiasi sinar. Ultraviolet sebagai akibat penurunan ozon. Lumut kerak sangat peka terhadap pencemaran paling rendah sekalipun. Jika pada suatu daerah tidak terdapat lumut kerak, memberikan petunjuk bahwa daerah itu telah terkena pencemaran. 
            Beberapa lumut kerak yang mengandung ganggang Cyanophyta (Cynobacterium) yang tumbuh tersebar di hutan tropika mampu hidup pada intensitas cahaya yang rendah dan yang lebih penting mereka dapat menggunakan nitrogen bebas (gas nitrogen) menjadi nitrogen organik (asam amino dan protein). Jadi lumut kerak Cynobacterium dalam ekosistem membantu daur nitrogen yang berperan dalam persediaan pupuk alami pada ekosistem dasar hutan hujan.
            Banyak lumut menghasilkan senyawa sekunder, termasuk pigmen yang mengurangi jumlah berbahaya dari sinar matahari dan racun kuat yang mengurangi herbivora membunuh bakteri. Senyawa ini sangat berguna untuk identifikasi Lichenes, dan memiliki kepentingan ekonomi sebagai pewarna seperti cudbear atau primitif antibiotik.
            Ekstrak dari banyak Usnea spesies digunakan untuk mengobati luka di Rusia pada pertengahan abad kedua puluh. Substansi olivetol ini ditemukan secara alami hadir dalam spesies tertentu lumut. Ini adalah properti itu saham dengan ganja tanaman, yang internal menghasilkan substansi terkait olivetolic asam (sebelum menggunakannya untuk biosynthesise tetrahydrocannabinol (THC).





BAB VII

BRYOPHYTHA

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").  Bryon= lumut + phyton= ialah tumbuhan lumut yang sering dijumpai di tempet-tempat yang lembab atau basah. Bentuknya merupakan tumbuhan peralihan dari thallus ke bentuk kormus.Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.
Bryophyta merupakan jenis tumbuhan rendah yang pertama beradaptasi dengan lingkungan darat, tidak seperti halnya jamur yang mesti kehilangan khlorofil. Para ahli tertarik dalam mempelajari Bryophyta karena anggotanya memperlihatkan tanda-tanda adaya peralihan dari bentuk thallus ke bentuk kormus.

7.1 CIRI-CIRI  BRYOPHYTHA
Gambar 7.1 Bryophytha



Lumut memiliki ciri-cir umum yaitu :
1.       Merupakan tumbuhan peralihan antara Thallophyta dan Kormophyta
2.       Akar berupa Rhizoid
3.       Batang, ada pada lumut daun
4.       Daun masih sederhana, tipis, hanya setebal satu lapis sel
5.       Tidak memiliki jaringan pengangkut ( xylem dan floem )
6.       Habitat di tempat lembab
7.       Sel – sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
            Pada semua tumbuhan yang tergolong dalam lumut terdapat persaman bentuk susunan gemetangiumnya (anteridium maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya mempunyai susunan yang khas yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta). Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda-beda jika batangnya di lihat secara melintang tampak bagian-bagian sebagai berikut:
a)      Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya memanjang membentuk rizoid-rizoid epidermis.
b)       Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel dinamakan korteks.
c)      Silindris pusat terdiri dari sel-sel parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk mengangkutair dan garam-garam mineral (makanan). Jadi pada tumbuhan lumut belum terdapat floem maupun xylem.
8.       Daun limut umumnya setebal satu lapis lapisan sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel-sel daun kecil, smpit panjang dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala.
9.       Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar.
10.    Rizoid tampak seperti rambut / benang-banang, yang berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhannya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan).
11.    Struktur sapropit (sporongonium) tubuh lumut terdiri atas :
a)      Vaginula, kaki yang terselubungi sisa dinding arkegenium, 2 seta atau tangkai.
b)      Apofisisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dan kotak spora.
c)      Kaliptra dan tundung, berasak dari dinding arkegenium sebelah atas manjdi tudung kotak spora.
d)     Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora.
            Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.). Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut. Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (Kormofita). Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Lumut adalah tumbuhan yang sudah terbentuk embrio, berspora tapi belum mempunyai akar, batang dan daun. Lumut mengalami metagenesis yaitu terjadinya pergiliran keturunan antara gametofit dan sporofit. Gametofit merupakan tumbuhan lumut itu sendiri dan generasi yang menghasilkan sperma atau ovum, sedang sporofit merupakan generasi yang menghasilkan spora.
            Lumut mempunyai anteridium (sel kelamin jantan) berbentuk seperti gada yang menghasilkan spermsa dan arkhegonium (sel kelamin betina) berbentuk seperti botol yang menghasilkan ovum. Selain pembiakan generatif lumut juga berkembangbiak secara vegetatif yaitu dengan kuncup dan daya regenerasi yang tinggi.
Menurut letak gametangia, lumut dibedakan menjadi :
1.      Lumut berumah satu : bila anteridium dan arkegonium terdapat dalam satu individu.
2.      Lumut berumah dua : bila dalam satu individu terdapat anteridium dan arkegonium saja.
7.2         MORFOLOGI
Lumut merupakan tumbuhan darat sejati walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut  angkut Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karena itu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (kormofita). Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof.
Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut. Struktur lumut dapat dilihat pada gambar 7.2
                        Gambar 7.2  struktur lumut
Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermtozoid, alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum. Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupa gerak kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian : Vaginula (kaki), seta (tangkai), apofisis (ujung seta yang melebar). Kotak Spora : kaliptra (tudung) dan kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.

7.3  STRUKTUR SEL
Bryophytha memiliki berbagai struktur sel antara lain yaitu :
Protonema.
Spora berkecambah dan menghasilkan sebuah protonema. Ini biasanya berserat dan bercabang, tapi dalam beberapa kelompok itu tallose atau besar. Pada beberapa tempat di protonema, sel-sel apikal membedakan dan menghasilkan tunas foliose.
Gametophore
Sel apikal menghasilkan batang dan daun spiral diatur. Batang menghasilkan cabang di beberapa kombinasi arsitektur monopodial dan pucuk. Daun yang tetap, unlobed, dan sering dengan pelepah mengental. pelengkap lain untuk membendung adalah rhizoids multiseluler, rambut ketiak, paraphyllia, pseudoparaphyllia, dan berbagai jenis propagul aseksual. Pola jaringan sel daun dan papila sel daun menyediakan banyak karakter untuk pengaturan sistematis genus dan spesies.
Gametangia.
Archegonia dan antheridia diproduksi dalam kelompok, dengan Parafisa antara mereka, dan dikelilingi oleh daun perichaetial atau perigonial. dan kondisi seksual dioicous ditemukan di banyak taksa
Seta
Sporophyte terdiri dari kaki, seta dan sebuah sporangium apikal Kaki tertanam dalam puncak batang atau cabang. rincian ultra zona transfer memberikan kesamaan penting dengan tanaman lahan lainnya. seta ini pendek atau memanjang. Ini memiliki sistem konduktif internal yang menghubungkan kaki dan kapsul di kedua ekstrem.
Sporangium.
Sebuah sporangium tunggal atau kapsul berkembang distal dari sporophyte tidak bercabang. Sporangium akan terbuka oleh pori apikal, longitudinal terbelah atau paling sering oleh sebuah operkulum Lapisan sel eksternal (exothecium) sering memiliki stomata, terutama di leher. Kedua lapisan konsentris merupakan amphithecium Secara internal, endothecium terdiri dari sebuah silinder jaringan sporogenous, mengelilingi sebuah columnella sel steril. spora Moss adalah uniseluler, kadang-kadang mempertahankan tanda tetrad.
Peristome.
Disebagian besar lumut, puncak dari kapsul (operkulum) jatuh pada saat jatuh tempo dan mengungkapkan struktur yang disebut peristome . Ini adalah sebuah cincin dari segmen segitiga sempit sekitar mulut kapsul. Perubahan kondisi kelembaban menyebabkan gerakan peristome dan memfasilitasi penyebaran spora dalam kondisi kering menguntungkan. Dua jenis dasar peristomes ditemukan dalam lumut (Lihat gambar 7.3) : Arthrodontous dan Nematodontous Dalam peristomes arthrodontous, pada tingkat mulut kapsul dan di atas, tiga cincin terdalam sel dari amphithecium yang terlibat dalam pembentukan gigi di taksa paling. Ketiga baris konsentris yang dikenal sebagai "luar", "primer" dan "batin" lapisan peristomial (OPL, PPL, IPL) lumut peristomate Sebagian besar jenis arthrodontous, di mana setiap gigi terdiri dari periclinal (tangensial) sisa-sisa dinding sel antara dua dari tiga lapisan sel konsentris peristomial Jika gigi dibentuk oleh dinding tangensial antara OPL dan PPL, deretan gigi secara kolektif dikenal sebagai exostome tersebut. Dalam kasus kedua, sisa-sisa dinding sel yang berada di antara cincin sel dari PPL dan IPL, sehingga baris segmen dikenal sebagai endostome Jenis mendasar kedua peristome adalah nematodontous, terstruktur oleh kolom sempit sisa-sisa seluruh dinding sel. Masing-masing gigi terdiri dari silinder diaglomerasi dibentuk oleh dinding periclinal dan Anticlinal sel menebal seperti di peristomes Arthrodontous, sel-sel peristomial berasal dari Amphithecium terdalam, tetapi beberapa lapisan peristomial konsentris  berkontribusi dalam pembentukan gigi nematodontous.
Gambar7.3 pembentukan poristom

7.4 REPRODUKSI
Sepertihalnya tumbuhan lumut reproduksi secara seksual (generative) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat – alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur (ovum). Tumbuhan lumut juga mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus. Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.  (Lihat gambar 7.4).
       Gambar7.4 pergiliran keturunan tumbuhan lumut
            Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet – gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium , yaitu sebagai berikut :
a)      Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.
b)      Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah sel induk spermatozoid.
Cara lumut bereproduksi
a)      Mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan antara fase sporofit dan fase gametofit
b)      Fase gametofit adalah tumbuhan lumut, menghasilkan gamet, lebih dominan dan hidupnya lebih lama.
c)      Tumbuhan lumut sel-selnya haploid, sebab tumbuh langsung dari spora. (Lihat gambar 7.5)
Gambar 7.5 reproduksi lumut yg diploid dan haploid
a)      Fase sporofit adalah sporogonium, menghsilkan spora, hidupnya tridak lama.
b)      Sporogonium sel-selnya diploid, tumbuh dari zigot
            Gambar7.6 Struktur Metagenesis Lumut
            Berdasarkan skema daur hidupnya, tampak jelas dalam daur hidup lumut menunjukkan adanya pergiliran keturunan/metagenesis yang jelas.(lihat pada gambar 7.6) Perhatikan mulai dari spora tumbuh protonema dan seterusnya sampai menghasilkan anteridium dan arkegonium. Fase ini merupakan fase perkembangan yang haploid. Protonema dan lumutnya sendiri adalah gametofit sehingga disebut sebagai fase gametofit. Dari sel telur yang telah dibuahi tumbuh sporogonium dan merupakan fase perkembangan dioloid. Sporogonium ini tidak hidup sendiri, tetapi mendapatkan makanannya dari gametofitnya Sporogonium akan mengalami pembelahan secara reduksi menghasilkan spora, sehingga fase ini disebut sebagai fase sporofit. Demikian seterusnya kedua fase ini akan terjadi secara bergantian.

7.5  KLASIFIKASI
Klasifikasi tumbuhan lumut  Dalam tata nama utamanaya penamaan berdasarkan binomial nomenklatur bryophyta dapat dituliskan sebagai berikut :
Kingdom  :Plantae
Division   :Bryophyte
Class        :Bryopsida
Ordo        :Dicranles
Family      :Leucobryaceae
Genus       :Leucobryum
Species     :Leucobryum glaucumv           Gambar7.7 Leucobryum glaucum     
            Divisio Bryophyta yakni yang disebut tumbuhan lumut. Lumut artinya tumbuhan yang pendek (dekat dengan dasar mediumnya). Bryophyta adalah tumbuhan yang belum memiliki pembuluh angkut. Lawannya yakni Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh angkut).

1.      Klas Hepatocopsida / Hepaticae (Lumut Hati)
Regnum    : Plantae
Division    : Hepaticophyta
Kelas        : Hepaticosida
Ordo         : Hepaticoceales
Family      : Hepaticoceae
Genus       : Hepaticopsida
Spesies     : Hepaticopsid
       Gambar7.8 Hepaticopsida
            Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yg berbentuk seperti payung. Sporofit perumbuhannnya terbatas krn tdk mempunyai jaringan meristematik. Berkembang biak secara generatif dengan oogami, dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram, habitatnya ditempat lembab. Pada tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh yang himogrof.  Pada tempat-tempat yang kering, untuk struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). Sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika. Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral.
            Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada /pada jenis terletak pada bagian terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak menentu dan tidak teratur. Seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai rusuk ditengah mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau mangkok. Kemudian puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh air hujan protonema lumut hati umumnya hanya berkembang menjadi suatu bulu yang pendek. Sebagian besar lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak, minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik kumpulan tetes-tetes minyak aksiri dalam bentuk demikian. Minyak tadi tidak pernah ditemukan pada tumbuhan lain. Tubuh lumut ini tipis, serupa kulit, memipihr ata di atas medium penunjangnya (air tenang atau tanah basah). Lumut banyak terdapat di permukaan dan dasar kolam.Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit.
Peranan Hepatocopsida/Hepaticae (Lumut Hati)
a). Fungsi
Sebagai penyedia tanah bagi tumbuhan yang lebih besar yang tumbuh dipohon karena akar-akar lumut dapat menyimpan tanah.
Sebagai penyedia makanan bagi hean-hewan kecil dan tanaman lain yang semuanya tersimpan diakar lumut.
Sebagai sarang hewan-hewan kecil Karen biasanya terdapat celah-celah pada tumbuhan tersebut segingga hewan bias masuk kedalamnya.
Sebagai penyimpanan air dalam jumlah yang cukup besar. Lumut menjaga  kelembaban udara dan porositas  tanah.
b). Manfaat
            Lumut dari marga Polythrichum adalah salah satu contoh yang dapat digunakan sebagai penutup media tanam tanaman hias atau taman dan bahan kasur. Manfaat lainnya, ada lumut yang dipercaya bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga Marchantia (lumut hati) yang bentuknya mirip hati, digunakan untuk mengobati penyakit hepatitis. Sementara, lumut spagnum dikenal sebagai obat penyakit kulit dan mata.
2.      Kelas Anthocerotopsida / Anthocerotae (Lumut Tanduk)
Kingdom  : Plantae
Division    : Antheceroptophyta
Class         :Antheceroptopsida
Ordo         :Antheceroptoceales
Family      :Antheceroptoceae
Genus       : Antheceroptopsida
Species     : Antheceroptopsida.sp        Gambar7.9 Antheceroptopsida.sp

            Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Mempunyai gametofit lumut hati. Perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut. Contoh lumut tanduk adalah anthoceros laevis.
            Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di sepanjang selokan. Lumut ini juga mengalami pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofitnya membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk.
            Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara-perantara rizoid-rizoid susunan talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyai suatu kloroplas dengan satu pirunoid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal.
            Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk silender dengan panjang antara 5-6 cm. pangkal sporofitnya dibungkus dengan selubung dari jaringan gametofit.
            Perkembangbiakan secara seksual, dengan membentuk anteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogenium masak maka akan pecah seperti buah plongan, menghasilakan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolum lainin diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.
3.      Kelas Bryosida  (Lumut Daun)
Regnum    : Plantae
Division    : Bryophyta
Kelas        : Bryopsidas
Ordo         : Bryopceales
Family      : Bryopcea
Genus       : Bryopsida
Spesies     : Bryopsida sp          Gambar 7.10 : Bryopsida sp
            Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru.
            Lumut daun banyak terdapat ditempat – tempat yang lembab, mempunyai struktur seperti akar yang disebut rizoid dan struktur seperti daun.
            Bryopsida adalah kelas yang terbesar di antara anggota Bryophyta lainnya dan paling tinggi tingkat perkembangannya karena baik gametofit maupun sporofitnya sudah mempunyai bagian-bagian yang lebih kompleks. Gametofit dari lumut daun umumnya dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu protonema yang terdiri dari benang bercabang-cabang, dan gametafora yang berbatang dan berdaun.Sporogonium dari lumut daun terdiri atas bagian kaki, seta dan kapsul. Selanjutnya bagian kapsul mempunyai bagian-bagian yang dinamakan apofise, kotak spora atau teka, dan tutup atau operculum. Kebanyakan ahli bryologi membagi Bryopsida menjadi 3 anak kelas yaitu Sphagnidae, Andreaeidae, dan Bryidae. Perbedaan dari ketiga anak kelas tersebut terutama terletak pada struktur anatomi sporogoniumnya. Anak kelas Sphagnidae mempunyai ciri-ciri antara lain: protonema berbentuk daun kecil yang terdiri dari satu lapis sel, gametafora pada ujungnya membentuk cabang-cabang sebagai roset yang menyerupai jambul dan tidak mempunyai rizoid.
            Sporofit didukung oleh perpanjangan ujung batang yang namanya pseudopodium. Andreaeidae mempunyai persamaan dengan Sphagnidae dalam hal sporofitnya yang didukung oleh pseudopodium, tetapi berbeda dalam hal cara membukanya kapsul spora yaitu dengan membentuk 4 katup. Anggota Bryidae yang tergolong Stegocarpi mempunyai peristoma pada kapsul sporanya, didasarkan atas sifat dari peristomanya Bryidae dibedakan menjadi 2 golongan yaitu Nematodonteae dan Arthrodonteae. Peristoma adalah gigi-gigi atau rambut-rambut yang mengelilingi stoma pada kapsul spora-spora yang dapat mengadakan gerakan higroskopis, yaitu apabila spora-spora sudah masak peristoma bergerak membuka ke arah luar hingga spora dapat keluar. Dalam klasifikasi lumut daun, bentuk kapsul, jumlah gigi peristom, bentuk operkulum maupun kaliptra dapat dijadikan dasar penggolongan yang penting. Protonema sekunder ialah protonema yang tidak berasal dari perkecambahan spora, biasanya berupa benang-benang hijau seperti ganggang. Melalui tunas-tunas yang timbul dari prononema sekunder dapat terbentuk individu yang lebih banyak.
            Tumbuhan sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis.Secara lengkap ciri-ciri yang dimilik lumut daun yaitu: fase dominannya adalah fase gametofit akarnya belum berupa akar, masih berupa rhizoid.
            Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium yang menghasilkan ovum dan anteridium yang menghasilkan sperma. Mempunyai struktur seperti akar (rizoid) dan struktur seperti daun.
            Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek, dan hidup tergantung pada gametofit. Tubuhnya mempunyai struktur yg mirip batang, daun, dan akar, ttpi tdk mempunyai sel/jaringan dan fungsi seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Gametofit dibedakan dengan 2 tingkatan, yaitu protonema yang berbebtuk benang dan gametofora yang berupa tumbuhan lumut sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom, dan kaliptra. Spora terdiri 2 lapisan, yaitu endospora dan eksospora, habitatnya pada tempat lembab. Lumut daun dapat tumbuh diatas tanah-tanah gundul yang periodic mengalami masa kekeringan, bahkan diatas pasir yang bergerakpun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut ini dapat juga kita jumpai diantara rumput-rumput, diatas batu-batu cadas, pada batang pohon dan cabang-cabang pohon, dirawa-rawa, tetapi jarang didalam air.Tumbuhan tersusun dari sumbu (batang), daun, dan rizoid multiseluler. Daun tersusun dalam 3 sampai 8 baris. Daun mempunyai rusuk (simetri radial). Sumbu batang pada lumut daun biasanya menunjukkan diferensiasi menjadi epidermis korteks, dan silinder pusat.
            Alat kelamin tubuh pada bagian ujung batang, sporogonium terdiri dari kaki, tangkai dan kapsul. Gigi peristoma terdapat satu atau dua deret melingkari lubang diujung kapsul. Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-daun tersebut kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus seperti pada jungermaniales juga dinamakan periantum. Alat-alat kelamin itu dikatakn bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat baik arkogenium dan dinamakn berumah dua jika kumpulan arkegonium dan anteredium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut steril itu dinamakan parafisis.
Peranan Bryosida  (Lumut Daun)
a)      Fungsi
Memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons). Digunakan sebagai ornament tata ruang, spagnum sebagai pembalut atau pengganti kapass, jika spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan menjaga kelembaban tanah.
b)      Manfatat
           Lumut ini bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga Usnea dipakai untuk obat diare atau sakit  perut dengan cara direbus. Sementara dari marga lumut sphagnum dikenal sebag obat penyakit kulit dan mata.




7.6  PERANAN TUMBUHAN LUMUT SECARA UMUM
a) Fungsi
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem yaitu :
            Sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan, sebagai penyedia tanah bagi tumbuhan yang lebih besar yang tumbuh dipohon karena akar-akar lumut dapat menyimpan tanah, sebagai penyedia makanan bagi hean-hewan kecil dan tanaman lain yang semuanya tersimpan diakar lumut, sebagai sarang hewan-hewan kecil karena biasanya terdapat celah-celah pada tumbuhan tersebut sehingga hewan bisa masuk kedalamnya, sebagai penyimpanan air dalam jumlah yang cukup besar, lumut menjaga kelembaban udara dan porositas tanah.
b) Manfaat            
Lumut dari marga Polythrichum adalah salah satu contoh yang dapat digunakan sebagai penutup media tanam tanaman hias atau taman dan bahan kasur. Manfaat lainnya, ada lumut yang dipercaya bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga Marchantia (lumut hati) yang bentuknya mirip hati, digunakan untuk mengobati penyakit.

BAB VIII
PTERIDOPHYTA
Merupakan golongan tumbuhan yang telah berkosmus (mempunyai akar , batang dan daun).
8.1. CIRI – CIRI TUMBUHAN PAKU
Memiliki 4 struktur penting,yaitu lapisan pelindung sel (jaket steril)yang terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiseluler yang terdapat dalam arkegonium, kutikula pada bagian luar , dan yang paling penting adalah sistem transport internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah. Sistem transport ini sama baiknya seperti pengorganisasian transport air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
8.2. STRUKTUR TUBUH
1) Akar
Bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri atas sel – sel yang dapat dibedakan dengan sel – sel akarnya sendiri.



2) Batang
Pada sebagian jenis tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimbang , mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul di atas permukaan tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m. akan tetapi ada batang beberapa jenis tumbuhan paku seperti paku pohon /paku tiang yang panjangnya mencapai 5 m dan kadang – kadang bercabang misalnya: Alsophilla dan Cyathea.
3) Daun
Daun selalu melingkar dan menggulung pada usia muda . berdasarkan bentuk ukuran dan susunanya, daun paku dibedakan antara epidermis, daging daun, dan tulang daun.
a) Mikrofil
Daun ini berbentuk kecil – kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel, dan tidak dapat dibedakan antara epidermis, daging daun dan tulang daun.
b) Mikrofil
Merupakan daun yang bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun, serta bercabang–cabang. Sel – sel penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun)






     Gambar 8.1: Susunan Sporangium dan Bagian-bagian Tumbuhan Paku
Daun paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond, dan keseluruhan daun dalam satu tangkai daun disebut pinna. Jika diperhatikan pada permukaan bagian daun (frond) terdapat bentuk berupa titik-titik hitam yang disebut sorus, dalam sorus terdapat kumpulan sporangia yang merupakan tempat atau wadah dari spora. Gambar dibawah ini menunjukkan sporangia yang tergabung dalam struktur sorus (jamak sori).






   Gambar 8.2 : Bentuk daun paku
Tidak semua daun paku memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang disebut daun sporofil, daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril. Daun ini banyak mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Daun ini disebut daun tropofil.
Ditinjau dari fungsinya , daun tumbuhan paku dibedakan atas:
1. Tropofil
Merupakan daun yang khusus untuk fotosintesis.
2. Sporofil
Daun ini berfungsi untuk menghasilkan spora. Tetapi daun ini juga dapat melakukan fotosintesis, sehingga disebut pula sebagai troposporofil.








Gambar 8.3 : kumpulan spora di dalam sporagium
Adapun struktur sorus adalah bagian luar dari sorus berbentuk selaput tipis yang disebut indusium. Bagian dalam sorus terdapat kumpulan sporangium yang di dalamnya berisi ribuan spora. Jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, coklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masingmasing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses yang kompleks.




8.3.REPRODUKSI
Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetative), yakni dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora.
Reproduksi secara seksual (generative) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat – alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur (ovum).seperti halnya tumbuhan lumut , tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan).





   Gambar 8.4  : Siklus hidup Paku Sejati


Ditinjau dari macam spora yang dihasilkan , tumbuhan paku dapat di bedakan menjadi tiga golongan seperti berikut ini.
1)      Paku Homospora (isospora)
Menghasilkan satu jenis spora , misalnya Lycopodium (paku kawat). Spora dari paku ini dikenal sebagai 'lycopodium powder' yang dapat meledak di udara apabila terkumpul dalam jumlah cukup banyak dan pada jaman dulu digunakan sebagai lampu kilat untuk pemotretan.
2)      Paku Heterospora
Menghasilkan dua jenis spora yanhg berlainan; yaitu mikrospora berkelamin jantan dan makrospora (mega spora) berkelamin betina, misalnya : Marsilea (semanggi), Selaginella (paku rane).
3)      Paku Peralian
Paku ini merupakan peralihan antara homospora dengan heterospora, yaitu paku yang menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelaminnya, satu berjenis kelamin jantan dan lainnya berjenis kelamin betina, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).



PAKU HOMOSPORA
Spora
Protalium
Anteridium
Arkegonium
Spermatozoid
Ovum
Zigot
Tumbuhan paku
Sporofil








Sporangum
 















PAKU HETEROSPORA
PAKU PERALIHAN








Mikrosporofil








Makrosporofil








Makrosporangium








Mikrospora








Tumpuhan paku








Makrospora








Makroprotalium








Mikrosporangium








Mikroprotalium







Arkegonium








Anteridium








Avum








Spermatozoid








Zigot








 

















Protalium








Spora








Sporafil








Tumbuhan paku








Spora








Zigot








Ovum








Spermatozoid








Protalium








Arkegonium








Anteridium








Sporagium








 
















8.4.HABITAT TUMBUHAN PAKU
            Habitatnya di darat, terutama pada lapisan bawah tanah didataran rendah , tepi pantai , lereng gunung , 350 meter diatas permukaan laut terutama di daerah lembab, dan ada juga yang bersifat epifit (menempel) pada tumbuhan lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan paku :
• kadar air dalam tanah
• kadar air dalam udara
• Kandungan hara mineral dalam tanah
• kadar cahaya untuk fotosintesis
• Suhu yang optimal
• Perlindungan dari angin
• perlindungan dari cahaya yang terlalu kuat.
Tidak semua faktor tersebut berpengaruh, tapi tergantung pada jenis tumbuhan pakunya. Survive tidaknya suatu tumbuhan paku di suatu areal tergantung dari ketahanan gametofitnya, apakah akan berkembang secara alami di lingkungannya atau tidak.
Seperti tanaman tingkat tinggi, tumbuhan paku tumbuh lingkungannya masing-masing (biasanya tempat lembab). beberapa paku dapat bertahan hidup di daerah yang ekstrim seperti lingkungan kering dan panas. Beberapa jenis paku dapat tumbuh di daerah gurun.
Tumbuhan paku meletakkan dirinya tepat sesuai dengan nitchenya, tanah yang lembab, udara yang lembab, intensitas cahaya dan sebagainya. Jarang tumbuhan paku hidup diluar nitchenya. Jika anda ingin menumbuhkembangkan paku, maka anda harus menciptakan lingkungan yang sesuai sehingga tumbuhan paku tumbuh dan berkembang dengan optimal.

8.5. PERANAN
            Dibawah ini adalah beberapa tumbuhan paku yang bermanfaat bagi manusia diantaranya adalah;
1. Penghasil obat – obatan misalnya: Aspidium sp, Dryopteris filix mas, dan Lycopodium clavatum.
2. Sebagai sayuran , misalnya semanggi (marsilea crenata) dan pteridium aqualium
3. Sebagai bahan pupuk hijau , misalnya Azolla piñata,
4. Dipelihara sebagai tanaman hias, misalnya paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium sp), suplir (Adiantum sp) dan paku rane (Selaginella sp)
5. Sebagai salah satu bahan dalam pembuatan karangan bunga, misalnya Lycopodium cernuum.




              Gambar 8.5 : Selaginella sp, Azolla piñata, Platycerium bifurcatum

8.6.KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU
Dibagi menjadi 4 subdivisi, yaitu Psilopsida, Lycophyta, Sphenophyta dan Pterophyta.
1). Paku Purba (Psilopsida)
Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak memiliki daun sejati.
Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan sporangium yang terdapat di sepanjang cabang batang. Sporofil paku purba menghasilkan satu jenis spora (homospora). Gametofitnya tidak memiliki klorofil dan mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun kecil (Psilotum).
2). Paku Kawat (Lycopsida)
Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil (daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan. Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan tumbuh menjadi gametofit betina.
Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil. Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya. Gemetofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium.




     Gambar 8.6 : Lycopodium sp, Psilotum nudum, , Polytricum juniperinum.


3). Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)
Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat lembab di daerah subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.




    Gambar 8.7. Equisetum debile dan Dryopteris filx mas.

4). Paku Sejati (Pteropsida)
Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica.
.



    Gambar 8.8 : Marsilea crenata dan Asplenium nidus


Berikut adalah klasifikasi lengkap menurut Smith et al. (2006):
Kelas Psilotopsida
Bangsa Ophioglossales
Suku Ophioglossaceae (termasuk Botrychiaceae, Helminthostachyaceae)
Bangsa Psilotales
Suku Psilotaceae (termasuk Tmesipteridaceae)
Kelas Equisetopsida [=Sphenopsida]
Bangsa Equisetales
Suku Equisetaceae
Kelas Marattiopsida
Bangsa Marattiales
Suku Marattiaceae (termasuk Angiopteridaceae, Christenseniaceae, Danaeaceae, Kaulfussia ceae)
Kelas Polypodiopsida [=Filicopsida, Pteridopsida]
Bangsa Osmundales
Suku Osmundaceae
Bangsa Hymenophyllales
Suku Hymenophyllaceae (termasuk Trichomanaceae)
Bangsa Gleicheniales
Suku Gleicheniaceae (termasuk Dicranopteridaceae, Stromatopteridaceae)
Suku Dipteridaceae (termasuk Cheiropleuriaceae)
Suku Matoniaceae
Bangsa Schizaeales
Suku Lygodiaceae
Suku Anemiaceae (termasuk Mohriaceae)
Suku Schizaeaceae
Bangsa Salviniales
Suku Marsileaceae (termasuk Pilulariaceae)
Suku Salviniaceae (termasuk Azollaceae)
Bangsa Cyatheales
Suku Thyrsopteridaceae
Suku Loxomataceae
Suku Culcitaceae
Suku Plagiogyriaceae
Suku Cibotiaceae
Suku Cyatheaceae (termasuk Alsophilaceae, Hymenophyllopsidaceae)
Suku Dicksoniaceae (termasuk Lophosoriaceae)
Suku Metaxyaceae
Bangsa Polypodiales
Suku Lindsaeaceae (termasuk Cystodiaceae, Lonchitidaceae)
Suku Saccolomataceae
Suku Dennstaedtiaceae (termasuk Hypolepidaceae, Monachosoraceae, Pteridiaceae)
Suku Pteridaceae (termasuk Acrostichaceae, Actiniopteridaceae, Adiantaceae Anopteraceae, Antrophyaceae, Ceratopteridaceae, Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae,Hemionitidaceae, Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae, Sinopteridaceae, Taenitidaceae, Vittariaceae)
Suku Aspleniaceae
Suku Thelypteridaceae
Suku Woodsiaceae (termasuk Athyriaceae, Cystopteridaceae)
Suku Blechnaceae (termasuk Stenochlaenaceae)
Suku Onocleaceae
Suku Dryopteridaceae (termasuk Aspidiaceae, Bolbitidaceae, Elaphoglossacea, Hypodematia ceae, Peranemataceae)
Suku Lomariopsidaceae (termasuk Nephrolepidaceae)
Suku Oleandraceae
Suku Davalliaceae
Suku Polypodiaceae (termasuk Drynariaceae, Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae, Pleurisoriopsidaceae).







Setelah mempelajari tumbuhan lumut dan paku, perhatikan perbedaan antara keduanya sebagai berikut :
 No
 Ciri-ciri
 Bryophyta
 Pteridophtya
 1
 Ukuran
 Sangat kecil, biasanya tidak lebih dari 15 cm.
 Biasanya mencapai 1 m,beberapa dapat mencapai 12 cm.
 2
 Struktur tubuh
 Memiliki rizoid, berdaun
sisik, dan tidak memiliki batang.
Memiliki akar, batang dan daun sejati
13
 Jaringan pembuluh
Tidak ada
 Ada yaitu xilem dan floem
 4
 Fase dominan
 Fase gametofit
 Fase sporofit
 5
 Fase Sporofit
 Sporogonium
 Tumbuhan Paku
 6
 Fase Gametofit
 Tumbuhan Lumut
 Protalium
7
tumbuhan dewasa
 Berupa gametofit
 Berupa sporofit

 8
  Gametofit dewasa
 Talus sederhana hidup
bebas dan dapat
berfotosintesis, memiliki
rizoid dan struktur seperti
daun.
 Protalus, tidak menarik, hidup
bebas dan dapat
berfotosintesis
 9
 Sporofit dewasa
 Tergantung pada gametofit, mempunyai kapsul, seta dan kaki
Bentuk yang menonjol. Memiliki akar, batang dan daun sejati



gftgj